Jakarta (ANTARA News) - Facebook Inc mengaktifkan fitur "Safety Check" setelah ledakan mematikan di Nigeria pada Selasa malam (17/11) setelah para pengguna mengkritik jaringan media sosial itu mengaktifkan fitur tersebut secara selektif.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, ledakan yang terjadi di satu pasar di Nigeria pada Selasa menewaskan 32 orang dan melukai 80 lainnya.
Facebook biasanya mengaktifkan fitur yang memungkinkan para pengguna menandai diri bahwa mereka aman itu setelah bencana-bencana alam, bukan saat terjadi pengeboman atau serangan.
Namun jaringan sosial media itu mengaktifkannya setelah penembakan dan serangan bom di Paris pada Jumat (13/11), memicu kritik dari sejumlah pengguna karena fitur itu tidak diaktifkan saat kejadian bom bunuh diri di Beirut sehari sebelumnya.
Serangan Paris dan Beirut dua-duanya diklaim oleh ISIS.
Pemimpin Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg menyatakan sekarang fitur itu akan lebih sering digunakan.
"Setelah serangan Paris pekan lalu, kami memutuskan menggunakan Safety Check untuk lebih banyak kejadian tragis semacam ini yang terjadi selanjutnya," katanya.
Facebook menyatakan memutuskan mengaktifkan fitur itu saat berita-berita tentang serangan Paris berkembang karena tingkat aktivitasnya 1,55 miliar pengguna jaringan itu.
Orang-orang di Paris menulis pemberitahuan di Facebook untuk memberitahu teman dan keluarga bahwa mereka aman, tulis Alex Schultz, wakil presiden pertumbuhan Facebook di akunnya pada Sabtu.
Penerjemah: Maryati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015