"Apa yang dilakukan mahasiswa asing dari empat negara ini merupakan wujud keprihatinan atas kondisi dunia yang seringkali diwarnai dengan aksi kekerasan dan dikaitkan dengan terorisme," kata Wakil Dekan I FAI UMSurabaya, Isa Ansori di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan, dalam kegiatan melukis peta dunia tersebut, aspek kemanusiaan yang perlu dikedepankan sehingga kekerasan dalam bentuk apapun semestinya tidak perlu dilakukan, apalagi aksi kekerasan tersebut dinilai sebagai bentuk terorisme.
"Aksi kekerasan bisa dikaitkan dengan terorisme, kemudian terorisme dihubungkan dengan Islam, padahal terorisme tidak memiliki agama maupun kebangsaan sehingga harus diperangi bersama-sama," terangnya.
Menurut dia, yang terjadi di Paris bisa jadi berkaitan dengan apa yang terjadi di Timur Tengah dan ini adalah wujud aksi membela kemanusiaan. Dengan adanya aksi tersebut, pandangan rasisme yang sudah ada, apalagi kejadian serangan di Paris menjadi semakin memperburuk bisa dihapuskan.
"Kalau ada terorisme yang mengatasnamakan agama, apalagi agama Islam itu bukanlah ajaran yang benar, karena mereka telah di doktrin oleh pemahaman yang salah kemudian diterima begitu saja. Sekali lagi, Islam bukan hanya hitam-putih, melainkan juga ada sisi lain dari hitam-putih," katanya.
Di sisi lain, mahasiswi asal Vietnam, Tran Nguyen Thai Ngoc mengatakan, melukis dan mewarnai peta bola dunia ini merupakan cara mahasiswa menyampaikan pesan damai untuk semua negara yang mmeiliki pesan penolakan aksi kekerasan yabg keji ini yang pernah terjadi di seluruh dunia.
"Apa yang terjadi di Paris, Prancis tentunya menjadi keprihatinan dunia. Dari itu kami juga mencoba memposisikan diri, semisal saya berada dalam kejadian tersebut tentunya kami juga bingung," ujar mahasiswa yang mendalami pendidikan bahasa Indonesia itu.
Dia mengungkapkan, kegiatan ini juga untuk memunculkan solidaritas dan mewujudkan perdamaian dunia serta kami dengan tegas menolak aksi terorisme yang tidak hanya terjadi di Prancis, namun juga menolak aksi terorisme di Afganistan dan beberapa negara lain.
"Doktrin yang kerap ditargetkan kepada mahasiswa atau masyarakat harusnya melakukan kajian agama dan berdialog agama lebih ulang tanpa harus menelan begitu saja," katanya.
Pewarta: Indra/Laily
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015