Amman (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Ahad, mengatakan bahwa rakyat Palestina tak lama lagi akan mempunyai pemerintah koalisi yang mampu menjalin 'hubungan baik' dengan semua pemerintah di dunia. "Saya percaya bahwa pemerintah baru akan mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan akan mengikuti program politik yang berkualitas untuk membentuk hubungan-hubungan baik dengan dunia," kata Abbas setelah melakukan perundingan dengan Perdana Menteri Jordania, Marouf Bakhit di Amman. Amman mengatakan bahwa pembicaraan-pembicaraannya dengan PM Jordan difokuskan pada perjanjian yang dicapai Kamis di Mekkah, yang diprakarsai Arab Saudi, antara Abbas dari faksi Fatah dan gerakan Hamas yang memerintah. Kesepakatan menetapkan bagi pembentukan pemerintah persatuan nasional untuk mengakhiri perebutan kekuasaan selama setahun yang akhir-akhir ini menimbulkan pertempuran berdarah di Jalur Gaza. Menjawab pertanyaan, Abbas mengatakan bahwa sekembalinya dia ke Ramallah, dia berencana untuk meminta kepada Perdana Menteri Ismail Haniya, yang memimpin kabinet yang didominasi oleh Hamas, untuk `mengajukan pengunduran pemerintanya sebelum dia memintanya untuk membentuk satu kabinet baru.` Ditanya mengenai reaksi Israel terhadap kesepakatan mekkah, Abbas mengatakan: "Sejauh ini kami tidak tahu apa tanggapan mereka, tetapi lepas dari reaksi mereka yang penting adalah masalah Palestina dan Arab, dan Israel harus sepakat terhadap sikap status quo." "Ini harus jelas bagi keduanya, pemerintah Israel dan Palestina bahwa perundingan-perundingan status akhir akan dilakukan kepresidenan dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)," katanya, seperti dikutip DPA. Abbas menandaskan bahwa pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert dan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice yang akan difokuskan pada masalah status akhir, rencananya akan diadakan 19 Februari. Hal itu juga menyangkut status akhir dari Jerusalem timur, masalah pengungsi, pemukiman dan perbatasan. Olmert mengatakan pada sidang kabinet Ahad pagi bahwa pemerintahnya belum menyatakan menerima atau menolak kesepakatan Mekkah, namun menyatakan bahwa kabinet Israel sedang mempelajari isi perjanjian itu secara rinci. Abbas mengharapkan bertemu dengan Raja Jordania, Abdullah II, sebelum bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin Selasa, di Amman. (*)

Copyright © ANTARA 2007