Spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. Luh Karunia Wahyuni dalam bukunya 'Pemberian Minum Bayi Sumbing Bibir dan Langit-Langit" menyebutkan, menyusui tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan sejumlah faktor, seperti posisi bayi dan derajat keparahan sumbing.
Menurut Luh, sebelum diberi ASI, perhatikan posisi tubuh bayi. Prinsipnya, ialah kepala bayi harus tegak (minimal 60 derajat), sehingga gravitasi akan membantu mengalirkan cairan ke dalam kerongkongan dan lambung, serta mencegah keluarnya cairan dari hidung.
Menurut Luh, sebelum diberi ASI, perhatikan posisi tubuh bayi. Prinsipnya, ialah kepala bayi harus tegak (minimal 60 derajat), sehingga gravitasi akan membantu mengalirkan cairan ke dalam kerongkongan dan lambung, serta mencegah keluarnya cairan dari hidung.
Setelah itu, bila bayi hanya mengalami bibir sumbing saja, ibu bisa langsung menyusui bayinya dengan merekatkan celah bibir atas bayi dengan jarinya saat bayi menghisap payudara. Luh mengungkapkan, pastikan bibir bayi mencakup puting dan daerah kehitaman di sekitar puting, masuk ke dalam mulutnya.
"Sekali puting berada di dalam rongga mulut bayi, pergerakan lidah dan rahang bayi cukup optimal untuk menghasilkan tekanan pada puting payudara ibu," ungkap dia.
Namun, bila bayi mengalami sumbing total langit-langit, ia akan kesulitan menyusu langsung karena bukaan mulut yang terlalu besar dan keterbatasan permukaan lidah untuk menekan langit-langit.
Bila begitu, menurut Luh, ibu perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan modifikasi misalnya menggunakan botol, dot atau alat tambahan khusus untuk membantu bayi dapat minum.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015