Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, menguat tipis menjadi Rp9.050/9.055 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.053/9.055, berkat dukungan sentimen positif. Pengamat Pasar Uang, Farial Anwar, di Jakarta, mengatakan rupiah mendapat dukungan pelaku lokal yang membeli rupiah, karena penawaran obligasi Indonesia banyak diburu asing. Namun sentimen positif itu masih belum bisa mendongkrak rupiah menguat hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS maupun menembus level tersebut, katanya. Meski demikian, lanjut Farial, rupiah diperkirakan akan mampu juga menembus level Rp9.000 per dolar AS, namun untuk mencapai level itu memerlukan waktu yang tidak cepat. Karena selain bank sentral melakukan intervensi pasar, juga seberapa kuatnya dukungan positif itu terhadap rupiah ditambah dengan aktifnya pelaku asing bermain di pasar modal, katanya. Menurut dia, kenaikan rupiah yang relatif kecil itu, karena pelaku lokal masih menahan diri untuk membeli rupiah menyusul aktifnya pelaku asing membeli dolar AS ketimbang yen. Dolar AS terhadap yen naik menjadi 121,82 dari sebelumnya 121,75 dan euro jadi 158,29 dari sebelumnya 158,28 yen. "Kami optimis peluang rupiah untuk naik lagi cukup besar, melihat pelaku lokal makin aktif membeli rupiah di pasar uang," katanya. Ia mengatakan, apabila bank sentral tidak melakukan intervensi pasar, rupiah kemungkinan sudah berada jauh di bawah level Rp9.000 per dolar AS, yaitu antara Rp8.500 sampai Rp8.700 per dolar AS yang memang disukai oleh importir. Sementara itu peranan bank sentral dalam hal ini sebenarnya hanya berfungsi untuk menyeimbangi antara importir dan eksportir sehingga salah satu pihak tidak merasa dirugikan maupun diuntungkan dengan posisi kurs rupiah saat ini, katanya. Farial Anwar mengatakan apabila rupiah berada di posisi Rp8.800, bisa terjadi fluktuasi cukup tajam karena pada posisi itu dimungkinkan banyak spekulan asing yang melakukan pembelian rupiah lalu ditahan hingga terdorong di atas Rp9.200 per dolar AS yang kemudian dilepas untuk mencari keuntungan. (*)

Copyright © ANTARA 2007