Baghdad (ANTARA News) - Sebuah helikopter Apache AS ditembak jatuh di daerah sebelah utara Baghdad, Minggu, kata penduduk setempat, namun militer AS menyatakan belum mengetahui insiden semacam itu. Penduduk menyatakan melihat sebuah rudal menghantam helikopter serang itu, yang membawa dua orang awak, mengakibatkan pesawat itu jatuh di daerah Timayma dekat Taji, lokasi sebuah pangkalan udara utama AS sekitar 20 kilometer sebelah utara Baghdad. Jurubicara militer AS Letkol Josslyn Aberle mengatakan, ia tidak memiliki keterangan mengenai jatuhnya sebuah helikopter di daerah tersebut. Jika dikonfirmasi, helikopter itu akan menjadi yang ketujuh yang jatuh di Irak dalam tiga pekan terakhir. Militer AS telah mengkonfirmasi bahwa sedikitnya empat dari helikopter-helikopter itu dijatuhkan oleh tembakan dari darat dan mengatakan, mereka telah memperbaiki taktik untuk menghindari serangan semacam itu. Sementara itu, Minggu, beberapa pejabat tinggi pertahanan AS mengatakan, bom-bom canggih buatan Iran yang diselundupkan ke Irak telah menewaskan sedikitnya 170 prajurit AS dan sekutu sejak Juni 2004 dan mencederai 620 orang lagi. Tuduhan itu, yang disampaikan pada pertemuan antara pejabat-pejabat itu dan wartawan di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, muncul ketika Washington meningkatkan kecamannya terhadap Iran dan akan melakukan debat sengit mengenai hubungan dengan republik Islam tersebut. "Iran terlibat dalam pemasokan proyektil-proyektil peledak atau EFP dan bahan lain untuk kelompok-kelompok `ekstrimis` Irak," kata seorang pejabat tinggi koalisi multinasional pimpinan AS kepada wartawan, seperti dilaporkan Reuters dan AFP. Tiga pejabat koalisi mengadakan pertemuan dengan wartawan untuk menudingkan kesalahan pada Pasukan Al-Qods Korps Garda Revolusi Iran, bagian dari pasukan elit Teheran yang dituduh memiliki hubungan dengan militan asing. "Pasukan Qods mempersenjatai ekstrimis dan pemberontak untuk melancarkan serangan-serangan teroris dan perang gerilya," katanya. "Pasukan Qods memberikan saran, pelatihan dan senjata kepada pasukan-pasukan perwakilan di Irak." Pejabat-pejabat yang menyampaikan pernyataan tersebut tidak bersedia disebutkan jati-diri mereka, dan kamera serta alat perekam dilarang digunakan pada pertemuan pers itu, dimana sejumlah bom mortir dan ranjau diperlihatkan. Wartawan diberi sebuah disket yang berisi foto-foto senjata Iran yang disita di Irak -- sebuah rudal darat-udara Misagh-1, EFP dan bom mortir -- yang menunjukkan tanggal pembuatan pada akhir 2006. Seorang analis pertahanan senior mengatakan, pasukan pimpinan AS memiliki bukti bahwa Iran meningkatkan pengiriman EFP, peledak buatan pabrik yang dirancang untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, kepada kelompok-kelompok bersenjata Syiah Irak. Ia mengatakan, empat orang Iran yang ditangkap pada Januari di kota Arbil, Irak utara, adalah perwira-perwira pasukan Al-Qods yang tidak memiliki urusan diplomatik dan berusaha meleyapkan dokumen di toilet ketika mereka ditangkap. Pejabat itu menambahkan, perwira operasi utama pasukan Al-Qods ditangkap pada Desember di markas politikus ternama Syiah Abdel-Aziz Hakim dan ditemukan juga senjata yang dikirim, termasuk mortir dan senapan penembak gelap. Partai Hakim, Dewan Tertinggi Revolusi Islam di Irak, mengatakan kepada orang-orang Amerika, senjata-senjata itu dimaksudkan untuk perlindungan mereka, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007