Jakarta (ANTARA News) - Prancis selama berabad-abad sejarahnya mencatat tidak pernah lepas dari aksi teror, termasuk perang dipimpin Napoleon Bonaparte (hidup 15 August 1769 hingga 5 May 1821).
Kini, memasuki abad ke-21, negeri itu tercatat kantor berita AFP dan Wikipedia edisi Prancis mengalami 13 aksi teror sebagai berikut:
1. Pada 20 Juli 2003 dua serangan bom membawa korban 16 orang terluka di kantor regional direktorat bea cukai dan perbendaharaan negara kota Nice, dan kelompok Front Nasional Pembebasan Corsica mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
2. Pada 8 Oktober 2004 terjadi serangan bom membawa korban 10 orang terluka di dekat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris, dan kelompok Front Bersenjata Islam Prancis mengaku bertanggung jawab terhadap insiden tersebut.
3. Pada 1 Desember 2007 terjadi penembakan di Capbreton, Landesyang menewaskan dua personel Garda Sipil Spanyol yang tengah melakukan pengawasan terhadap anggota Euskadi Ta Askatasuna (ETA), kelompok yang menuntut kemerdekaan wilayah Basque di Spanyol.
4. Pada 11-22 Maret 2012 Kelompok yang menamakan diri Mohammed Merah melakukan serangan bersenjata di kota Toulouse dan kota Montauban yang mengakibatkan tiga personel pasukan payung Prancis, seorang Rabbi Yahudi dan tiga anak sekolah Yahudi (berusia delapan, enam dan tiga tahun) tewas, serta lima orang terluka.
5. Pada 23 Mei 2013 seorang tentara Prancis di Paris terluka akibat ditusuk seseorang yang kemudian dilaporkan polisi setempat sebagai kelompok Islam radikal.
6. Pada 20 Desember 2014 seorang pria melakukan penusukan yang mengakibatkan luka bagi tiga petugas di kantor polisi. Penusuk tersebut tewas di tempat akibat tembakan polisi.
7. Pada 21 Desember 2014 ada sebelas orang terluka akibat ditabrak mobil orang tidak dikenal di kota Dijon attack. Pelaku berhasil ditangkap polisi, setelah mencoba bunuh diri.
8. Pada 7 dan 9 Januari 2015 terjadi serangan bersenjata yang mengakibatkan 20 orang tewas dan 22 orang lainnya terluka dalam penembakan massal di kantor majalah satir Charlie Hebdo di Paris oleh Said Kouachi dan Chérif Kouachi, dua orang yang mengaku anggota Al-Qaeda di Yaman. Sementara itu, Amedy Coulibaly --mengaku anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan teman Kouachi bersaudara-- bertanggung jawab atas dua penembakan dan penyanderaan di pasar halal Hypercacher, Paris.
9. Pada 3 Februari 2015 sebanyak tiga tentara penjaga pusat komunitas Yahudi di Nice terluka akibat ditusuk seorang bernama Moussa Coulibaly. Dalam pemeriksaan lanjutan, polisi Prancis mengumumkan Moussa Coulibaly tidak terkait dengan Amedy Coulibaly, yang terkait ISIS.
10. Pada 19 April 2015 seorang perempuan tewas di kota Villejuif akibat tembakan seseorang yang mengaku pejuang Aljazair.
11. Pada 26 Juni 2015 ada seorang tewas dan dua orang lainnya terluka dalam serangan bersenjata tajam di Saint Quentin-Fallavier. Polisi Prancis melaporkan ada pengemudi pria dipenggal kelompok terkait ISIS, sehingga kendaraannya menabrak sebuah van tabung gas dalam upaya meledakkan gedung gas Air Products. Tujuan aksi tersebut gagal, sekalipun membawa korban jiwa dan terluka.
12. Pada 21 Agustus 2015 terjadi penembakan dan penusukan yang mengakibatkan empat orang terluka dalam aksi bersenjata di kereta cepat Thalys dari Amsterdam (Belanda) menuju Paris (Prancis). Korban terluka termasuk pelaku aksi bersenjata yang dilumpuhkan penumpang kereta, termasuk penumpang anggota militer Amerika Serikat (AS) yang tengah berlibur.
13. Pada 13 November 2015 polisi Prancis menyebut sebagai serangan teroris tunggal paling mematikan dalam sejarah Negeri Menara Eiffel tersebut. Penembakan dan pelemparan granat terjadi di tempat konser musik, stadion olahraga dan restoran etnis. Sedikit-dikitnya 150 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan bom bunuh diri itu.
Penerjemah: Priyambodo RH
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015