Washington (ANTARA News) - Para pemimpin negara mengutuk gelombang serangan di Paris, Prancis, Jumat malam, yang menewaskan sekitar 140 orang serta menyebabkan 200 orang terluka.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol dan India, yang pernah mengalami serangan teroris dengan korban massal, langsung menyuarakan kecaman mereka.
"Serangan ini bukan hanya ke orang-orang Prancis. Tetapi ini adalah serangan terhadap semua umat manusia dan nilai-nilai universal bersama kita, " kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam pidato di Gedung Putih.
"Kami akan melakukan apapun untuk bekerja dengan masyarakat Prancis dan dengan negara-negara di seluruh dunia untuk membawa para teroris ini ke pengadilan dan mengejar jaringan teroris yang menyerang masyarakat kita," ujarnya.
Di London, tempat 52 orang tewas dan ratusan terluka dalam serangkaian bom bunuh diri tahun 2005,
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan, "Kami akan melakukan apa pun untuk membantu".
Jose Manuel Garcia Margallo, Menteri Luar Negeri Spanyol, tempat 191 orang tewas dalam pengeboman kereta api pada 2004, menyorot ancaman serangan kelompok bersenjata.
"Semua ini menegaskan bahwa kita sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah tantangan yang sangat kejam, " katanya kepada televisi publik TVE.
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang negaranya dilanda dua serangan tahun 2006 dan 2008 dengan total 355 korban tewas, mengungkapkan lewat Twitter, "kabar dari Paris dan menyakitkan dan mengerikan."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyerukan kecamannya.
"Israel bersama dengan Presiden Prancis Francois Hollande dan masyarakat Prancis untuk bersama-sama melawan terorisme," tutur Netanyahu.
Ia mengatakan kepada komunitas Yahudi di Prancis, yang terbesar di Eropa dan salah satu terbesar di dunia, bahwa setelah serangan majalah Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi mereka disambut terbuka oleh Israel.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, tempat pengeboman dalam pawai perdamaian di Ankara bulan lalu yang menewaskan 102 orang, menyampaikan ungkapan belasungkawa.
"Sebagai negara yang tahu betul cara dan konsekuensi terorisme, kami sangat memahami penderitaan yang sedang dialami Prancis sekarang," ujarnya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengungkapkan rasa dukanya lewat Twitter.
"Eropa bersama dengan Prancis dan orang-orang Prancis," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengaku "sangat terkejut dengan berita dan gambar-gambar dari Paris", sementara Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders mengatakan "Kaget dan terkejut oleh serangan baru di #Paris".
Kata tak cukup
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan "Ini merupakan hari Jumat hitam bagi Perancis dan dunia".
Di Asia, Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengungkapkan bahwa serangan tersebut sangat mengerikan di kota yang indah, hangat, ceria, dan masyarakat yang ramah.
"Kita tidak boleh membiarkan teroris memisahkan kita atau menghancurkan semangat kita. Saya tahu semangat Prancis akan menang, "kata Balakrishnan, menambahkan bahwa ia akan berada di
Paris untuk pertemuan perubahan iklim global akhir bulan ini.
Pemerintahan Presiden Filipina Benigno Aquino, yang sedang bersiap menjadi tuan rumah KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik pada 18-19 November, mengatakan serangan Paris menuntut "pengamanan tinggi dari kita semua".
Presiden Tiongkok Xi Jinping menyampaikan bahwa ini merupakan "masa-masa yang tragis bagi warga Prancis seraya mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan yang barbar."
Sementara Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengatakan "tindakan ini teror ... ini pembantaian brutal."
Presiden Indonesia Joko Widodo juga mengutuk kekerasan dan kekejaman yang terjadi di Paris serta menyampaikan duka mendalam bagi korban aksi terorisme itu.
Saat konferensi pers sebelum berangkat ke Turki untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Sabtu, Presiden Jokowi menyatakan terorisme, dengan alasan apapun dan dalam bentuk apapun, tidak dapat ditoleransi.
"Pemerintah dan bangsa Indonesia mengutuk keras kekerasan dan kekejaman yang terjadi," katanya.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015