Dengan dukungan dana dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Pilar Indonesia memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat di desa itu untuk membudidayakan mangrove secara berkelanjutan serta mengolah mangrove sebagai sumber ekonomi baru.
"Dengan munculnya sumber ekonomi baru dari mangrove, masyarakat tidak akan merusaknya, justru mereka menjaganya karena sudah menjadi bahan baku pangan yang bernilai ekonomi," ujar Direktur Pilar Indonesia Ismail di Medan, Sabtu.
Ia menjelaskan pula bahwa Pilar menggunakan tiga pendekatan dalam upayanya, antara lain peningkatan efektifitas program melalui penguatan kapasitas lewat pendampingan dan pelatihan.
Dalam program ini, ia menjelaskan, ibu-ibu di pesisir Deli Serdang disiapkan menjadi agen perubahan.
Kalau dulu banyak dari mereka ikut melaut mencari kerang, kini mereka tinggal di rumah merawat dan mendidik anak-anak sambil membuat berbagai produk olahan mangrove.
Pilar Indonesia, menurut dia, membuat jaringan untuk membantu mereka mengakses pasar produk kuliner mangrove di Sumatera Utara dan memperkuatnya dengan membuat situs produk-produk mangrove.
Staf Pilar Indonesia yang juga menjadi relawan Rumah Baca Bakau Desa Percut Juhaina Amin mengatakan, sudah ada 10 jenis makanan dan minuman olahan mangrove yang dikembangkan bersama para ibu di desa tersebut.
"Kita lakukan teknik tiru dan inovasi. Jika sebelumnya sudah umum sirup dan selai mangrove, kita jadikan nastar mangrove, jika sudah umum dengan keripik mangrove, kita buat pangsit goreng mangrove," ujar dia.
Dengan pelatihan singkat, 15 ibu dari Desa Percut dan dua ibu dari Desa Tanjung Rejo sudah menguasai proses pembuatan makanan berbahan baku mangrove.
"Mereka belum berhenti, masih terus berproses, berinovasi mencari pangan dari mangrove yang unik, sekaligus menyempurnakan makanan yang sudah mereka bikin," katanya.
Ibu-ibu Desa Percut memanfaatkan daun Jeruju yang tumbuh di pinggir pesisir untuk membuat keripik, pangsit, dan dawet mangrove.
Sementara buah Berembang dan Perepat diolah menjadi sirup dan selai, buah api-api dijadikan kue intip yang bentuknya seperti keripik dengan gula-gula dan kacang di atasnya.
"Sejumlah restoran di Medan yang menjadi relasi Pilar sudah ada yang memesan. Tapi kita belum berani menerima pesanan banyak, karena peralatan pun masih seadanya, punya masing-masing ibu-ibu," ujar dia.
Asnita Silalahi, salah seorang warga yang kini mulai mahir membuat dawet mangrove, mengatakan pelatihan Pilar Indonesia mudah dipahami sehingga mudah dipraktikkan.
Ia berharap keahlian itu bisa menjadi sumber ekonomi baru untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015