Jakarta (ANTARA News) - Pasien diare pasca banjir yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat, Minggu, terus meningkat hingga mereka terpaksa harus dirawat di lorong RS tersebut. Dari pantauan ANTARA, jumlah pasien diare pasca-banjir yang dirawat di lorong lantai III RSUD Tarakan itu, mencapai 20 orang dan didominasi oleh balita. Demikian pula halnya di lima ruangan kelas III tambahan, pasien terpaksa harus menggunakan velbed karena tidak mencukupinya jumlah tempat tidur yang ada. Sedangkan jumlah pasien khususnya diare sendiri sejak Jumat terus menunjukkan peningkatan, seperti, berdasarkan data pada Jumat (9/2) tercatat hanya 50 orang namun pada Sabtu (10/2) menjadi 101 orang kemudian pada Minggu (11/2) pagi tercatat mencapai 108 pasien. Dari 108 pasien diare tersebut, 94 pasien diantaranya merupakan pasien anak-anak. "Pasien pasca banjir yang masuk ke RSUD Tarakan, terus mengalami peningkatan yang jenis penyakitnya, seperti, demam berdarah dengue (DBD) dan diare," kata penjaga utama RSUD Tarakan, Endah Cipto. Menurut dia, adanya pasien yang terpaksa dirawat di lorong atau selasar RSUD Tarakan, akibat membludaknya jumlah pasien, karena kapasitas tempat tidur untuk kelas III hanya untuk 102 pasien saja. Sedangkan jumlah pasien kelas III yang ada di RSUD Tarakan, saat ini mencapai 270 orang. Akibatnya, kata dia, pasien yang masuk harus dirawat sementara dengan menggunakan velbed demikian pula halnya pada pasien yang dirawat di lima ruang tambahan harus menggunakan velbed pula. "Pada Minggu (11/2) pagi tadi, ada yang masuk lagi antara tiga sampai empat orang, namun belum masuk dalam hitungan terbaru," katanya seraya menyebutkan sedangkan jumlah pasien korban banjir yang terkena DBD di RSUD Tarakan saat ini sebanyak 34 orang. Sementara itu, orang tua pasien, Tina (50), warga Bantu Menteng I, Grogol, Jakarta Barat, mengatakan, anaknya masuk ke RSUD Tarakan pada Minggu (11/2) pagi karena terus menerus buang air besar. "Hingga harus dirawat di lorong RSUD Tarakan serta harus menggunakan infus karena kekurangan cairan akibat terus menerus buang air besar," kata ibu yang rumahnya turut terkena banjir setinggi dada orang dewasa. Sebelumnya dilaporkan, Kepala Bidang (Kabid) Keperawatan RSUD Tarakan, Zuraidah, mengatakan, Dalam menghadapi akan terjadinya lonjakan pasien pasca-musibah banjir tersebut, RSUD Tarakan jumlah mendapat bantuan sebanyak 52 orang tenaga perawat dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. "Sedangkan persoalan obat-obatan dan infus sendiri, tidak menjadi masalah karena sampai sekarang masih mencukupi," katanya. RSUD Tarakan sendiri, sebelumnya telah merawat dua pasien yang terkena penyakit "leptospirosis" atau penyakit kencing tikus setelah tempat tinggalnya terkena banjir. Kedua pasien tersebut, yakni, S (61), warga Ketapang Utara I Nomor 5 RT 14/16, Krukut, Jakarta Barat, dan Tb (30), warga Jalan Pasar Baru Barat RT 9/11, Karet Tengsin, Jakpus.(*)

Copyright © ANTARA 2007