Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo bertemu dengan para ekonom di Istana Merdeka di Jakarta, Jumat, untuk membicarakan masalah perekonomian nasional.
Para ekonom yang diundang Presiden itu adalah Raden Pardede, Vivi Alatas, Ari Kuncoro, Haryo Aswicahyono, Lukito Tuwo, Iwan Jaya Aziz, dan Elan Satriawan.
"Mengingat ekonomi sekarang yang sulit perlu ditekankan bgaaimana menangani masalah-masalah jangka pendek, yaitu bagaimana memperkuat daya beli masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah," kata Iwan Jaya Aziz saat konferensi pers usai bertemu Presiden.
Dia mengungkapkan bahwa dalam menghadapi permasalahan perekonomian saat ini perlu ada pemisahan dengan hal-hal yang akan dicapai di dalam jangka yang agak panjang, menyangkut infrastrutkur, industrialisasi dan sebagainya.
Sedangkan Ari Kuncoro mengatakan saat ini diperlukan industrialisasi itu dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan ekspor..
"Karena kita mempunyai defisit neraca yang cukup besar dan di situ Pak Jokowi menyampaikan ide mengenai industrialisasi," kata Ari.
Atas ide tersebut, kata Ari, pihaknya memberikan pendapat masih ada kebijakan-kebijakan yang bisa dijalankan secara sinergi karena bisa menghemat.
Ari mencontohkan masalah konektivitas, yakni membangun jalan tol harus disinergikan dengan jalan kereta api agar menjadi lengkap.
Menurut dia, dalam membangun infrastruktur ini banyak melewati lahan-lahan produktif, baik itu pertanian, industri, kerajinan maupun jasa, sehingga membangun kedua infrastruktur itu disinergikan.
Ari juga melihat sistem kota-kota di Indonesia masih pincang, dimana ada suatu kota yang sangat besar kemudian desa. Dia menyampaikan kepada Presiden harus ada kota-kota menengah yang bisa menjadi jembatan antara kota besar dan desa tersebut.
"Sehingga yang di desa bisa bekerja (di kota menengah), tidak harus menanam tapi bekerja di pertanian sebagai bisnis, bibit. Jadi kami memberikan pekerjaan dan lingkungan bekerja, tidak di kota besar tapi di kota-kota kecil itu," kata Ari.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015