Washington (ANTARA News) - Kelompok militan melakukan genosida terhadap komunitas Yazidi di Irak, demikian menurut Museum Memorial Bencana Amerika Serikat dalam laporan menjelaskan pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan pada Kamis (Jumat WIB).
Kaum Yazidi, kelompok minoritas yang berbahasa Kurdi dan kebanyakan tinggal di Gunung Sinjar di bagian utara Irak, bukan keturunan Arab ataupun muslim dan memiliki kepercayaan yang unik sehingga dianggap sebagai ajaran sesat oleh para militan.
Pada musim panas 2014, kelompok militan bergerak tiba-tiba menuju bagian utara Irak, dan banyak orang dari kaum Yazidi dibantai dan diculik.
Puluhan ribu orang mendaki Gunung Sinjar dalam keadaan panik dan terjebak di gunung tersebut tanpa makanan dan air.
"Kejahatan genosida sedang dilakukan terhadap kelompok Yazidi saat wanita dan anak-anak yang diculik tetap diperbudak," ujar Cameron Hudson, direktur Pusat Simon-Skjodt untuk Pencegahan Genosida di museum yang menulis laporan tersebut.
Bagian museum tersebut melakukan kunjungan selama dua minggu ke provinsi Nineveh di Irak pada September untuk mempelajari kekejaman yang dilakukan di tempat tersebut, menilai situasi terkini dan memahami resiko terhadap kalangan minoritas dan penduduk lain di wilayah tersebut.
"Kami tidak hanya melihat keinginan" untuk melakukan genosida, "kami sebenarnya melihat perlakuan yang menunjukkan keinginan tersebut," ujar Naomi Kikoler, wakil direktur bagian museum tersebut yang mengunjungi Irak untuk melakukan wawancara.
"Kami juga melihat pernyataan dari kelompok militan dan beberapa propaganda mereka yang menjelaskan dan menegaskan kegiatan mereka diambil sesuai ideologi ekstremis mereka," tambahnya.
Pusat museum tersebut menuliskan dalam laporannya bahwa mereka mendengar laporan mengerikan tentang pemindahan, pemaksaan untuk berpindah agama, pemerkosaan, penyiksaan, penculikan dan pembunuhan.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa mereka duduk dengan seorang Yazidi yang sambil menulis satu persatu nama anggota keluarga mereka yang hilang, istri dan anak perempuannya, yang mereka yakini telah diculik, anak laki-laki dan saudara, yang keadaan mereka tidak ketahui.
Dalam laporan juga dituliskan bahwa beberapa dari mereka terpaksa meninggalkan anggota keluarga yang telah lanjut usia maupun sakit saat kabur dari kelompok militan tersebut.
Dan keadaan tersebut dibenarkan oleh fakta dari mereka yang terpaksa lari tanpa menggunakan kendaraan apapun.
Kejahatan Kejam
Kelompok militan menyebarkan pernyataan bahwa mereka telah memberlakukan kembali perbudakan, menawari pasukan mereka dengan wanita Yazidi sebagai barang jarahan.
"Pria, wanita, dan anak-anak yang diculik dan masih ditahan oleh kelompok militan tersebut terus menjadi korban kekerasan, pembebasan mereka harus menjadi prioritas," tulis laporan tersebut.
Publikasi laporan tersebut dilakukan saat pasukan Kurdi Irak yang didukung oleh Amerika Serikat melancarkan serangan udara yang menghadang jalur persediaan penting kelompok militan dengan Suriah saat mereka bertarung untuk merebut Sinjar.
Laporan tersebut disambut baik oleh aktivis hak asasi Yazidi, Dakhil Shammo yang memuji dua berita, laporan tersebut dan operasi pembebasan.
Bulan lalu, kaum Yazidi mendesak Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag untuk menyelidiki kelompok militan atas tuduhan genosida dan perbudakan seksual.
Pada Maret, Kantor HAM PBB mengatakan bahwa kelompok militan terlihat melakukan genosida terhadap kaum Yazidi, dengan mengeluarkan laporan yang menyebutkan pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual dan penggunaan tentara anak-anak oleh para ekstrimis.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015