La Moda Cafe di Plaza Indonesia, Jakarta, mendadak riuh rendah oleh para bintang film kenamaan Kamis malam lalu. Di sinilah nominasi Film Festival Indonesia (FFI) 2015 dibacakan.
Terletak di tengah Plaza Indonesia, kafe yang biasanya menyajikan sajian pastry berstandar Grand Hyatt Indonesia itu disulap menjadi sebuah ballroom penghargaan lengkap dengan panggung megah di ujungnya.
Sejak pukul 19.00 WIB, satu per satu bintang datang berjalan melalui karpet merah. Kebanyakan memilih tampil mengenakan gaun atau jas warna hitam atau warna-warna monokrom. Mereka berpose di hadapan awak media, melayani beberapa wawancara, lalu memasuki ballroom.
Para sineas yang datang malam itu menilai, FFI tahun ini diselenggarakan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
"Lebih menarik secara branding dan acara pembacaan nominasi dikemas cukup meriah dan apresiatif," kata Angga Dwimas Sasongko, sutradara film "Filosofi Kopi", malam itu.
Sutradara Joko Anwar punya pandangan sama. Menurutnya, gelaran ini terbilang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Dari segi penyelenggaraannya bagus, penjuriannya juga baik karena yang memilih adalah orang-orang film sendiri, sama seperti di luar negeri, seperti Accademy Award," kata Joko.
Bukan hanya para sutradara yang mengakui semakin baiknya penyelenggaraan FFI 2015, aktris seperti Christine Hakim dan aktris muda Ayushita pun sama positifnya melihat gelaran memperebutkan Piala Citra itu tahun ini.
"FFI semakin membaik penyelenggaraannya apalagi dengan sistem penjurian seperti sekarang ya. Saya tidak bisa mengatakan kalau FFI sekarang lebih baik karena kan ada regenerasi, yang harus disadari adalah yang muda masih harus banyak belajar jangan merasa lebih hebat dari generasi yang lalu-lalu. Masih banyak yang harus diperbaiki kok, entah dari penyelenggaraan FFI atau filmnya," kata Christine yang malam itu tampil menawan dengan kebaya merah.
Ayushita juga menilai ada banyak perubahan pada FFI 2015, terutama para penyelenggara yang dinilainya lebih paham di bidangnya.
"Saya terakhir menjadi nominasi tahun 2004, saya melihat FFI saat ini sudah kembali pada alurnya, kembali pada jati dirinya. Perubahannya cukup signifikan, walapun tidak dalam waktu cepat. Saat ini FFI dipegang oleh orang-orang yang mumpuni jadi saya optimistis FFI akan berjalan dengan baik," kata Ayushita.
Lebih berkualitas
FFI 2015 diketaui oleh aktris sekaligus aktivis Olga Lydia. Dia ddidukung oleh Jajang C Noer sebagai ketua I bidang penjurian dan Lukman Sardi yang didapuk sebagai ketua III bidang media dan publikasi.
Banyak orang, terutama insan perfilman, meyakini FFI 2015 akan lebih berkualitas dan berimbang mengingat jumlah juri yang terlibat lebih banyak, terdiri dari berbagai disiplin pula.
Tak tanggung-tanggung, 100 juri siap menyeleksi 268 film terdiri dari 17 film animasi, 10 film dokumenter panjang, 53 film dokumenter pendek, 113 film pendek, 17 film televisi dan 58 film bioskop.
Penjurian film dibagi dalam dua tahap.
Pertama, lima orang juri dari masing-masing kategori akan menonton film baik secara sendiri maupun terpisah dan memasukkan film pilihan mereka secara online.
Panitia akan mengirimkan DVD film-film yang harus diseleksi para juri.
Setelah terkumpul masing-masing lima nominasi, penjurian pada tahap kedua melibatkan 100 orang juri yang kredibel pada bidangnya. 15 di antaranya adalah mereka yang memiliki pengetahuan di luar film, misalnya pakar budaya dan musik, serta kritikus film.
Dukungan pemerintah pun bergulir, terbukti dengan hadirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan saat pembacaan nominasi FFI 2015. Anies mengatakan semangat ingin memajukan industri kreatif khususnya perfilman Indonesia membuat pemerintah hadir di tengah insan film.
"Kita ingin sekali film Indonesia ditonton, kita ingin tumbuh berkembang, Piala Citra, menurut saya, sebagai tombak untuk menyaksikan film Indonesia. Saya senang menyaksikan nominasi-nominasi malam ini. Mereka adalah sineas-sineas yang karyanya pantas jadi rujukan film-film Tanah Air," kata Anies.
Dalam memajukan industri perfilman, Anies mengakui ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
"Tapi kita harus yakin dan tetap berkarya dan bisa mengundang orang untuk berkreasi. Yang pasti pemerintah mendukung, seperti kemarin kan juga Pak Jokowi memutar film di Istana, ini salah satu dukungan pemerintah pada perfilman Indonesia. Kita lakukan secara bertahap," katanya.
Tradisi baru
Tahun ini juga hadir tradisi baru, yakni FFI Lifetime Membership yang berisi para nomine FFI 2014. Mereka mendapat kehormatan seumur hidup untuk menjadi juri yang ikut menentukan pemilihan nominasi pada tahap kedua.
Hasil voting online akan diserahkan ke pihak ketiga, yaitu akuntan publik independen dan bertaraf internasional, Deloitte.
FFI tahun ini sendiri mengusung tema "film dan teater" dengan ikon Teguh Karya yang dikemas dalam "Tribute to Teguh Karya". Pada malam pembacaan nominasi, tema itu sudah dihadirkan dengan menampilkan 17 aktor dan aktris yang pernah bekerja sama dengan Teguh Karya.
"Hanya satu kata yang disebut Teguh Karya dengan jelas dan lantang di tengah sakit stroke yang membuatnya sulit bicara, ini pesan terakhirnya yang saya ingat, 'kreativitas tak boleh mati! Kau cinta film Indonesia, maka cintai profesimu'," kata Slamet Rahardjo, seorang aktor didikan Teguh Karya yang tergabung dalam teater Populer.
Malam itu 21 kategori nominasi dibacakan panitia.
Ke-21 kategori itu adalah Kategori Film Pendek Terbaik, Kategori Animasi Terbaik, Kategori Dokumenter Panjang, Kategori Dokumenter Pendek, Kategori Film Televisi Terbaik, Kategori Penata Kostum Terbaik, Kategori Penulis Skenario Asli Terbaik, Kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, Kategori Penata Musik Terbaik, Kategori Penata Suara Terbaik, Kategori Pengarah Artistik terbaik, Kategori Penyunting Gambar Terbaik.
Lalu, Kategori Penata Efek Visual Terbaik, Kategori Pengarah Sinematografi Terbaik, Kategori Pemeran Anak Terbaik, Kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik, Kategori Pemeran Utama Pria Terbaik, Kategori Sutradara Terbaik, dan Kategori Film Terbaik.
Junior-senior bersaing sengit
Bukan hanya proses penjurian yang kian kredibel, FFI 2015 juga semakin menarik oleh persaingan antara aktor dan aktris junior melawan aktor dan aktris senior dalam memperebutkan Piala Citra.
Pada kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik misalnya, aktris kawakan Christine Hakim dalam "Pendekar Tongkat Emas" dan Ria Irawan dalam "Bulan Di Atas Kuburan" ditantang sederet nama muda seperti Prisia Nasution dalam "Comic 8 Casino Kings Part One", Raline Shah pada "Surga Yang Tak Dirindukan" dan Wulan Guritno melalui "Nada untuk Asa".
Sebagai aktris junior, Raline Shah tak gentar disandingkan dengan aktris-aktris sekaliber Christine Hakim.
"Menurut aku, aku sudah menang malam ini sudah bisa masuk ke sana aku sudah senang dan bersyukur. Aku sebenarnya enggak berharap banyak karena aku tidak menyangka sekalipun. Tapi aku bersyukur bisa bersaing dengan Ria Irawan, Christine Hakin, sampai Prisia Nasution itu saja sudah sesuatu yang besar buat aku," kata Raline yang baru pertama kalinya mendapat nominasi FFI.
Wulan Guritno juga tak ciut nyali meski tak pernah membawa Piala Citra dan hanya masuk nominasi dari tahun ke tahun.
"Aku selalu masuk nominasi, tapi belum menang. Ya mudah-mudahan tahun ini pecah telor, ada Christine Hakim juga kan. Enggak ciut. Kadang kan film tergantung momen juga," kata Wulan.
FFI 2015 diselenggarakan pada 23 November 2015 di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015