"Hasil pertemuan kami dengan Google dan Intel sepakat akan diadakan program percontohan pelaksanaan Ujian Nasional berbasis komputer untuk daerah terpencil," ujar Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Seta, saat ditemui usai menghadiri pertemuan Global Education Symposium (GES) di Mountain View, Rabu (11/11).
Program percontohan tersebut akan diselenggarakan di tiga tempat di daerah terpencil yakni di daerah kepulauan, daerah di tengah hutan tapi di pulau yang besar, dan di dekat pegunungan.
"Daerah di tengah hutan tapi di pulau besar misalnya di Kalimantan, sementara yang daerah terpencil di dekat pegunungan bisa diselenggarakan di Papua," terang dia.
Program tersebut akan diintegrasikan dengan proyek balon Google yang baru terjalin. Proyek balon Google bertujuan menyebarkan koneksi internet dari angkasa meggunakan balon udara.
"Sementara untuk Intel, akan menyediakan perangkatnya, karena di daerah terpencil infrastruktur belum baik, maka kemungkinan besar akan dibangun panel surya," jelas dia.
Jika program tersebut berhasil, tambah Seta, maka pihaknya akan melanjutkan program tersebut.
"Kalau di daerah terpencil yang sulit dijangkau saja bisa, tentu akan mudah melakukan program di daerah yang lebih baik infrastrukturnya."
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Nizam, mengatakan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antarsekolah dan daerah.
"Penerapan TIK selain dapat mengurangi kesenjangan mutu pendidikan juga dapat menjangkau wilayah terpencil," kata Nizam.
Pertemuan GES berlangsung tertutup dan diikuti 90 delegasi dari 22 negara serta perwakilan dari berbagai lembaga pendidikan internasional.
GES bertujuan mendiskusikan bagaimana teknologi dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan dan menjadi media saling tukar pandangan serta gagasan, praktik baik antarnegara.
Dalam pertemuan tersebut, dibuktikan bahwa perkembangan teknologi untuk pendidikan semakin maju dari hari ke hari. Indonesia mengirimkan tiga delegasinya dalam pertemuan itu.
UN berbasis komputer dirintis pada 2015 dan diikuti sekitar 500 sekolah. Pada 2016, ada sekitar 2.000 sekolah yang mengajukan diri ingin terlibat dalam UN berbasis komputer.*
Pewarta: Indriani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015