Jakarta (ANTARA News) - Prestasinya mencuat, dengan mengoleksi 12 gol, satu assis, dan 48 tembakan sampai pekan ke-12 Premier League musim 2015/16. Striker Leicester, Jamie Vardy membentangkan cita-cita melangit, yakni membela kemudian memberi kemuliaan bagi negeri tercinta Inggris di ajang Piala Eropa 2016 di Prancis.

Vardy memiliki mental baja. Sebelum mengarungi Premier League yang menuntut pemain berpikir sehat bertindak sehat dan berjuang keras di lapangan hijau, ia pernah bekerja di sebuah pabrik serat karbon. Pengalaman sebagai buruh pabrik membuat dia memahami dan menemukan arti berefleksi sebelum bertindak atau bekerja.

Berpikir sehat bertindak sehat membuahkan keberhasilan dan kemampuan untuk memperbaiki diri terus menerus. Vardy tidak ingin berhenti berefleksi mengenai diri sendiri agar tidak merasa nyaman dengan "status quo". Mawas diri setiap hari merupakan awal untuk mengusir status quo yang kerapkali nyaman berdiam dalam keinginan mencari untung sebanyak-banyaknya dan kenyamanan seluas-luasnya bagi diri sendiri.

Virus status quo melemahkan daya pikir. Pemain bola yang nyaman dengan posisinya kerapkali tidak berusaha "menjemput bola" dan membuka ruang bagi pergerakan dinamis keseluruhan tim. Merasa nyaman dengan status quo merupakan awal dari kemalasan berpikir keengganan bertindak bagi kemuliaan tim secara keseluruhan.

Pemain kelahiran 11 Januari 1987 di Sheffield, Inggris itu menerjemahkan berpikir sehat bertindak sehat dengan terus menerus merevolusi diri. Merasa nyaman dengan situasi yang serba status quo merupakan seteru bagi mereka yang mendamba prestasi menjulang.

Ia senantiasa terusik oleh pengalaman masa lalu yang disebutnya sebagai memori sarat asap debu. Di suatu hari di musim panas ketika sedang menikmati masa liburan di Zante, Yunani, Vardy terusik mendapat tawaran kontrak baru membela panji Leicester City dengan bayaran satu juta pound.

Tak ingin bermalas-malasan, ia membulatkan tekad dengan berpikir waras bertindak sehat. Ia menemukan dan menciptakan suasana nyaman dalam diri sendiri agar segera bersemai kreativitas diri. Setiap pagi di awal hari, ia menjalani latihan fisik dengan berlari menyusuri bibir pantai Ionian Sea.

Begitu malam tiba, ia rileks dengan menonton tayangan televisi acara persiapan timnas Inggris asuhan Roy Hodgson di Donetsk dan Kiev. "Saya selalu terkenang dengan pengalaman liburan di Zante," katanya sebagaimana dikutip dari laman Daily Mail.

Ia bahkan menuturkan bahwa keberhasilan merengkuh masa depan tidak lepas dari keinginan untuk berbagi dan berbuat bagi orang lain. "Normal saya memerlukan waktu rileks, meski saya tidak lupa bangun pukul tujuh pagi setiap hari. Saya kemudian berlari setiap pagi di bawah suhu panas 36 derajat Celsius. Saya berlari dan terus berlari," katanya.

Pengalaman perdana di Zante itulah merupakan awal perjuangan Vardy. Setelah berpikir waras, ia bertindak sehat, dengan tidak selalu bermimpi mengurai rencana-rencana muluk di atas kertas menyesaki laci meja arsip.

Angan-angannya berlaga sebagai striker di Premier League akhirnya terwujud. Tekad berkompetisi dihiasi kemampuan beradaptasi dan berjuang. Berjuang bukan semata peristiwa yang tiba-tiba saja jatuh dari langit.

Berjuang dapat diibaratkan sebagai keinginan diri memantul terus seperti bola, coba dan gagal, coba lagi dan coba lagi. Sikap layaknya bola yang memantul merupakan interior bermakna bagi diri Vardy ketika menjalani laga bola di ajang Premier League (EPL).

* Riwayat laga Jamie Vardy:

EPL 19-09-2015 Stoke 2 : 2 Leicester 90 menit turun bermain, poin 7,67
EPL 26-09-2015 Leicester 2 : 5 Arsenal, 90 menit , poin 9,32
EPL 03-10-2015 Norwich 1 : 2 Leicester, 90 menit, poin 8,4
IECQ 09-10-2015 England 2 : 0 Estonia, 7 menit, N/A
IECQ 12-10-2015 Lithuania 0 : 3 England, 90 menit, N/A
EPL 17-10-2015 Southampton 2 : 2 Leicester, 90 menit, poin 8,52
EPL 24-10-2015 Leicester 1 : 0 Crystal Palace, 90 menit, poin 7,14
ECC 27-10-2015 Hull *1 : 1 Leicester, 25 menit, N/A
EPL 31-10-2015 West Bromwich Albion 2 : 3 Leicester, 90 menit, poin 7,9
EPL 07-11-2015 Leicester 2 : 1 Watford, 90 menit, poin 7,7

Bentang poin rata-rata yang diperoleh Vardy saat membela Leicester dalam kurun 19 September sampai dengan 7 November 2015, yakni 7,14 sebagai capaian terendah (melawan Crystal Palace yang berakhir 1-2) sampai dengan 9,32 sebagai capaian tertinggi (menghadapi Arsenal yang berakhir 2-5).

Capaian itu tidak lepas dari anatomi gaya bermain Vardy, sebagaimana dikutip dari laman whoscored.com, kuat dalam melakukan penyelesaian peluang gol, kuat dalam penguasaan bola, kuat berkontribusi dalam bertahan, hanya saja lemah dalam duel udara, lemah dalam melepas umpan, handal dalam mengumpan, pawai dalam mendribel bola.

* Curriculum vitae Jamie Vardy:
Kewarganegaraan: Inggris
Nomor punggung: 9
Posisi: striker, gelandang serang
Tinggi badan: 1,78 m
Berat badan: 76 kg
Kaki andalan: kanan
Kontrak sampai: 30 Juni 2018
Dikontrak Leicester : sejak 1 Juli 2012
Agen: Key Sports Managment Ltd.
Harga pasar: 4,20 juta pound

* Pernyataan inspiratif seputar Jamie Vardy: (Daily Mail):

Berjuanglah maka di seberang sana pasti tersedia sukses:
"Karena ada jalan maka saya datang dan tiada henti berjuang. Anda mendengar begitu banyak pemain malang melintang di masa lampau. Mereka terus bergelut dengan pekerjaannya setiap waktu setiap waktu. Itu artinya, saya termotivasi tampil bermain sepak bola setiap hari."

Berbuat dan berbagilah bagi orang lain:
"Tidak senatiasa indah dan menarik menghabiskan waktu dengan bekerja. Ini bermakna penting bagi para pemain muda, karena di sana ada contoh yang dapat diraih di masa depan. Saya beranggapan bahwa keengganan mengambil resiko merupakan awal dari kegagalan. Beruntungnya, saya mendapatkan semua pengalaman itu selama membela Leicester."

Sukses dan keberhasilan tidak selalu membuat seseorang diperbudak jabatan dibuai uang:
"Ia (Vardy) punya kecepatan, dan mampu tampil dengan agresivitas mumpuni di lini pertahanan lawan. Ia bukan semata predator gol di kotak penalti lawan. Ia memberi semuanya itu bagi kejayaan dan kemenangan Leiecester. Semuanya itu ditunjang dengan penguasaan bola yang mumpuni." (pandit dari harian Guardian, Jamie Smith)

* Tiga inspirasi dari Jamie Vardy:

Pertama, jangan pernah mundur untuk melangkah maju. Senantiasa bermawas diri dengan mengajukan pertanyaan, "Siapa saya di hadapan rekan kerja? Siapa saya di hadapan orang lain? Siapa saya di hadapan anak buah? Siapa saya...?"

Kedua, bagaimana reaksi anda ketika menghadapi sukses dan kegembiraan dalam pekerjaan, dalam studi, dalam pergaulan, dalam relasi dengan orang lain? Apakah pada saat itu anda cenderung mau mendapat lebih banyak dan lebih banyak lagi? Kalau pun anda memberi, semuanya itu dilatarbelakangi oleh rasa belas kasihan, bukan keinginan berbagi buat sesama dengan ketulusan hati dan kebeningan jiwa.

Ketiga, banyak kesepakatan mengalami kegagalan karena ketamakan, kesombongan, atau ketidakpekaaan akan kebutuhan sesama. Selalulah bertanya, siapakah sesamaku? Sesamaku bukanlah onggokan fulus. Alih-alih ketamakan, kesombongan, kerakusan menginfeksi seseorang atau sekelompok orang dengan cara yang halus.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015