Sydney (ANTARA News) - Dua pencinta Lingkungan Hidup (LH), yang menganggu kapal penangkap paus milik nelayan Jepang di perairan kutub Selatan, setelah hampir tujuh jam dilaporkan hilang akibat cuaca buruk, dan mereka ditolong Anak Buah Kapal (ABK) yang mereka ganggu, Jumat.
ABK Jepang tersebut ikut membantu tim pencari guna menyelamatkan dua pegiat LH tersebut, yang berperahu karet saat berkampanye anti-perburuan ikan paus, ungkap salah seorang rekan mereka dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pelestarian Gembala Laut, layaknya dikutip AFP.
"Kami menghubungi mereka dan berterimakasih kepada mereka, tapi kami tetap berencana membuntuti mereka," kata Direktur Antar-Bangsa LSM Pelestari Gembala Laut, Jonny Vasic.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi aksi LSM-nya yang berterima kasih kepada ABK kapal Jepang, Nisshin Maru, yang memburu ikan paus, sekalipun mereka tetap menentang aksi-membinasakan paus.
"Yang dilakukan adalah aturan yang berlaku di laut, dan kami pun akan melakukan hal serupa. Kami tidak bermaksud menyakiti siapa pun, begitu pula mereka," katanya.
Kedua pegiat yang sempat hilang itu, salah seorang diaantaranya adalah warga Australia, dan seorang lainnya dari Amerika Serikat (AS).
Pegiat itu membuntuti Nisshin Maru dan sudah berpekan-pekan berada di lautan beku Kutub Selatan. Bahkan, LSM tersebut sempat menyediakan hadiah uang 25.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp225 juta bagi yang dapat memberikan informasi lokasi armada pemburu ikan paus tersebut.
Kedua pegiat LH itu sempat mengancam Nisshin Maru, agar kapal tersebut kembali ke pelabuhan.
Komisi Internasional Perburuan Paus sejak 1986 memberlakukan moratorium perburuan niaga, namun Jepang terus melakukan pemburuan dengan alasan untuk kepentingan penelitian ilmiah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007