Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan salah satu penyebab kurs rupiah tidak lagi berfluktuasi tajam adalah karena adanya rencana stimulus moneter yang akan dilakukan Bank Sentral Eropa (ECB).
"Stimulus akan tetap diberikan oleh Eropa hari ini, jadi tidak terjadi satu kondisi yang terlalu menekan rupiah," katanya di Jakarta, Rabu.
Agus menjelaskan respon positif pelaku pasar atas situasi di Eropa tersebut mengurangi beban mata uang di negara berkembang, padahal ketidakpastian akibat isu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) masih terjadi.
"Mata uang negara berkembang tidak terlalu tertekan, padahal sebetulnya dari sisi kita dengan AS, itu risk off. Biasanya kalau risk off mata uang kita semua tertekan, tapi adanya stimulus eropa membuat itu set off," ujarnya.
Sebelumnya, Bank Sentral Eropa memberikan indikasi untuk mengeluarkan kebijakan stimulus moneter pada awal Desember, sebagai respon perlemahan mata uang Euro terhadap dolar AS yang terjadi sejak Oktober lalu.
Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat 34 poin menjadi Rp13.585 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.619 per dolar AS.
"Penguatan mata uang rupiah saat ini terbilang normal karena pada pekan lalu rupiah telah tertekan cukup dalam setelah data tenaga kerja AS yang dirilis meningkat," ujar Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong.
Menurut dia, pelaku pasar uang cenderung kembali masuk ke aset berisiko, salah satunya rupiah seraya menanti sentimen selanjutnya yakni komentar pejabat bank sentral AS pada pertengahan bulan November ini mengenai kenaikan suku bunga acuan The Fed.
"Dengan demikian, mata uang rupiah diproyeksikan masih dapat mengalami tekanan ke depannya," katanya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015