Jakarta (ANTARA News) - Rencana pertemuan ulama Islam yang akan menghadirkan tokoh-tokoh Islam dunia, terutama dari daerah konflik di Timur Tengah, ke Indonesia tetap akan dilakukan walaupun pertemuan Mekkah berakhir dengan hasil baik, kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Jumat. "Pertemuan ini sangat diperlukan walau pertemuan di Mekah berhasil. Ketua Biro Politik Hamas Khaled Meshaal juga mengatakan pertemuan ini tetap harus dilaksanakan," kata (Menlu) RI di Jakarta. Hassan berharap pertemuan di Mekkah saat ini berhasil agar pertemuan ulama di Indonesia nanti lebih memperkuat dan mendorong kearah perdamaian lagi antara dua faksi utama Palestina, Hamas dan Fatah, juga antara Sunni dan Syiah di Irak. Dia juga mengatakan misi utama Menlu Hassan Wirajuda bersama Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah Ali Alatas, dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, adalah melakukan konsultasi, baik dengan pemerintah maupun non-pemerintah di negara-negara yang dikunjungi, terutama Lebanon dan Suriah. "Kita ingin mendorong negara-negara tersebut dalam upaya mencari solusi dari proses damai dari situasi konflik yang berkecamuk di kawasan itu. Tidak hanya dalam konteks Palestina-Israel tetapi juga Suriah-Israel berkaitan dengan Golan, tetapi juga ketegangan yang memuncak di Lebanon Selatan dan juga tentunya ketegangan di Irak," ujar dia. Dia mengatakan Indonesia sangat menekankan perlunya negara Arab yang bersatu, dan karena itu mempunyai kekuatan tidak hanya mendorong proses tapi juga dalam mencari solusi di Timur Tengah. Hassan juga mencoba membandingkan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur yang dalam kurun waktu 40 tahun terakhir menikmati suasana damai bebas dari konflik yang besar. "Karena itu memungkinkan kita untuk dapat memfokuskan pada pembangunan ekonomi," katanya. Menurut Hassan apa yang disaksikan di Timur Tengah saat ini bukan saja konflik lama yang belum bisa diselesaikan, tetapi juga potensi munculnya konflik baru, Lebanon salah satunya. "Kita menjajaki hal apa yang kira-kira dapat diperankan oleh Indonesia sebab konflik Timur Tengah yang tidak terselesaikan justru memburuk. Tidak hanya akan mempengaruhi daerah itu sendiri tapi juga dunia secara umum, tidak kurang dunia Islam dimana kita termasuk salah satunya," ujar dia. Oleh karena itu, dia mengatakan, menjadi kepentingan Indonesia untuk mendorong mencari solusi secepat mungkin. Hassan juga mengatakan bahwa saat ini sebagian konflik di wilayah tersebut semakin kental dengan konflik sektarian, dan hal tersebut sangat menonjol di Lebanon. Menurut dia, saat ini Indonesia sedang mencoba untuk menggalang negara Timur Tengah yang sehaluan dan beberapa negara kunci di Arab, dan negara mayoritas Islam untuk melakukan upaya bersama kearah mencari solusi di Timur Tengah termasuk Irak. Dia juga mengatakan apa yang dilakukannya kemarin dapat dikatakan usaha pada tingkatan pemerintah yakni ada di "track one". Sedangkan pertemuan yang dimaksud Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menggalang ulama Sunni dan Syiah dapat dikatakan "track two". "Masing-masing ada tracknya, ada peran, dan ruang gerak pada masing-masing level. Kita belum tentukan kapan rencana pertemuan tersebut, karena itu perjalanan saya dengan KH Hasyim Muzadi baru dalam taraf pembicaraan saja," ujar dia. Tapi yang jelas menurut dia, tokoh ulama di Lebanon dan Suriah sangat berharap agar pertemuan itu dapat dipersiapkan sebaik-baiknya agar keberhasilan dapat diraih.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007