Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tengah menyiapkan prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure - SOP) mengenai pengawasan wilayah perbatasan dari ancaman terorisme.
Kepala BNPT Komjen Pol Saud Usman Nasution di Jakarta, Rabu, mengatakan SOP ini untuk menyinergikan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk bersama mengawasi wilayah perbatasan sesuai amanat undang-undang yang menempatkan BNPT sebagai lembaga koordinatif dalam pencegahan aksi terorisme.
"BNPT menyadari masing-masing instansi aparat keamanan dan stakeholders wilayah perbatasan telah memiliki aturan dan SOP tersendiri dalam pengamanan dan pengawasan ancaman terorisme. Namun, kami memandang bahwa strategi pengawasan perbatasan yang ada saat ini belum menyeluruh dan lintas sektoral," kata dia.
Terkait penyusunan SOP itu, BNPT menggelar Seminar Nasional Pengawasan Ancaman Terorisme Wilayah Perbatasan di Batam, Kepulauan Riau, akhir pekan lalu. Seminar nasional ini melibatkan sejumlah instansi terkait wilayah perbatasan, antara lain Imigrasi, Kejaksaan, Polisi, Bea Cukai, dan TNI.
Menurut Saud, pengawasan wilayah perbatasan adalah salah satu bagian dari upaya BNPT dalam melakukan pencegahan terorisme. Ia berharap dengan adanya SOP ini pencegahan terorisme di Indonesia semakin masif seperti yang telah dilakukan melalui dialog, workshop, dan pencanangan tahun damai di dunia maya.
Ia mengatakan, Indonesia pernah merasakan dampak langsung akibat lemahnya sistem pengawasan di perbatasan. Pergerakan organisasi teroris transnasional beberapa tahun silam, seperti yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah, bertumpu pada wilayah perbatasan.
Bahkan, sejumlah gembong teroris seperti seperti Azahari dan Noordin M Top terbukti menggerakkan kelompoknya melewati perbatasan Filipina-Malasyia-Indonesia. Pergerakan kelompok teroris di wilayah ini tidak terbatas pada penyelundupan para pelaku teroris, melainkan juga penyelundupan senjata yang digunakan untuk kegiatan terorisme.
Menurut Saud, sejumlah mantan anggota jaringan teroris pun mengaku menggunakan jalur perbatasan yang lemah untuk menyelundup masuk ke Indonesia.
"Kita harus perbaiki sistem pengawasan perbatasan kita, jangan sampai Indonesia kecolongan lagi soal terorisme ini. Semua kita lakukan demi keamanan nasional negara kita," ujar dia.
Saud mengatakan, dalam seminar di Batam terungkap bahwa berdasar data intelijen kelompok teroris masih terus bergerak dan menyiapkan kekacauan di Indonesia. Mereka disinyalir tengah mengonsolidasikan kekuatan untuk "berjihad" di dalam negeri ataupun di luar negeri.
"Jihad" di dalam negeri berbentuk aksi terorisme di Tanah Air sebagaimana pernah terjadi sekitar dua dekade belakangan ini. Gerakan mereka juga sudah pada tahap penyelundupan senjata api dan bahan peledak.
Sementara "jihad" di luar negeri berupa upaya pengiriman sejumlah WNI untuk berperang di wilayah konflik di Timur Tengah atau di Filipina Selatan.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015