Pers bertugas mentransformasi kehidupan kita dari keburukan menjadi kebaikan,"

Jakarta (ANTARA News) - Kalangan media juga harus melakukan revolusi mental dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai penerang kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi dan golongan, bahkan kepentingan pemilik media.

Hal itu disampaikan Presiden Komisaris SCTV Eddy K. Sariaatmadja ketika berdialog dengan Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di kantornya, SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, Senin.

"Pers bertugas mentransformasi kehidupan kita dari keburukan menjadi kebaikan," ujarnya, yang didampingi Wakil Preskom SCTV Maria Suryani Zaini dan Presiden Direktur SCTV Sutanto Hartono.

Menurut dia, belakangan ini kerap ditemukan karya jurnalistik yang terlalu vulgar, kontraproduktif dan malah merusak kehidupan pribadi tertentu. Belum lagi, ada produk jurnalistik yang dipengaruhi eforia dan pesan sponsor.

"Pemilik media seharusnya tidak berpolitik apalagi punya partai politik," kata Eddy.

Ketua Umum PWI Margiono mengatakan, kritik yang disampaikan Eddy K. Sariaatmadja beralasan dan dapat dipahami.

Fenomena seperti yang disampaikan Sariaatmadja memang terjadi. Karena itu pula, Wakil Ketua Dewan Pers itu mengemukakan, sejak beberapa tahun belakangan masyarakat pers Indonesia menggalakkan uji kompetensi wartawan untuk meningkatkan kualitas karya jurnalistik.

"Pekerjaan kita memang tidak ringan, kita harus menanamkan semangat perubahan ke arah yang lebih baik di tengah masyarakat, di saat bersamaan juga menanamkan semangat yang sama di kalangan pers Indonesia," ujarnya.

Adapun Penasehat PWI Pusat Sofyan Lubis mengatakan, wartawan wajib memegang teguh Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan tugas. Selain itu, wartawan juga wajib meluruskan niat dalam menjalankan tugasnya yakni untuk kepentingan umum dan masyarakat luas.

Dalam dialog itu, Eddy Sariaatmadja juga mengatakan pihaknya sangat tertarik dan akan memberikan dukungan dalam kegiatan bhakti sosial operasi katarak di arena HPN 2016 yang akan diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Di Indonesia ini ada 2,8 juta penderita katarak. Sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu saudara-saudara kita yang menderita katarak di manapun berada," ujarnya.

Sariaatmadja berjanji akan mengajak RSCM Karina, departemen di FKUI-RSCM, yang menyediakan jasa pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan mata.

Pewarta: Priyambodo RH
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015