Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah menembus level resistan 60 dolar AS dalam perdagangan di Asia, Jumat, melanjutkan kenaikan sebelumnya karena cuaca sangat dingin di wilayah Timur Laut AS dan meningkatkan permintaan untuk minyak pemanas, kata para dealer. Pembelian spekulatif dan penutupan sebuah sumur minyak di Kalifornia setelah adanya ledakan dan kebakaran juga membantu mendorong harga naik melampaui level 60 dolar untuk pertama kalinya sejak 3 Januari, kata mereka. Pada pukul 11:15 di Singapura (0315 GMT), kontrak utama minyak mentah New York, harga minyak mentah jenis ringan untuk pengiriman Maret, meningkat 41 sen menjadi 60,12 dolar per barel setelah melonjak dua dolar menjadi 59,71 dolar pada penutupan pasar AS Kamis sore. Minyak mentah Brent dari Laut Utara untuk pengiriman Maret naik 30 sen menjadi 59,33 dolar per barel. "Kenaikan harga tersebut didorong oleh Musim Dingin lebih dari segalanya ... cuaca telah menjadi lebih dingin untuk waktu yang lebih lama dan permintaan untuk minyak pemanas menyebabkan pengurangan dalam inventori AS," kata Tobin Gorey, seorang ahli strategi komoditi pada Bank Commonwealth, Australia di Sydney. "Berapa lama harga itu akan didukung ... akan tergantung pada berapa lama cuaca dingin itu berlangsung," katanya. Pemecahan level 60 dolar harus memicu lebih banyak pembelian, kata Gorey. Amerika Serikat merupakan konsumen energi terbesar di dunia dan meningkatnya permintaan di dalam negeri tersebut untuk minyak pemanas selama cuaca dingin yang luar biasa di akhir Musim Dingin telah menjadi faktor utama yang mendorong harga minyak naik, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007