... saat ini mengalami dua bencana akibat fenomena alam, yakni letusan Gunung Sinabung dan banjir lahar dingin yang sangat berbahaya...
Medan (ANTARA News) - Banjir lahar dingin akibat letusan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, sering terjadi dan melanda sejumlah desa yang berada di kaki gunung berapi itu, kata Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karo, Matius Sembiring.
"Jika intensitas hujan turun lebat di daerah Gunung Sinabung, maka dipastikan banjir lahar dingin akan terjadi," kata Sembiring, dihubungi dari Medan, Sabtu.
Banjir tersebut, menurut dia, tidak hanya menghancurkan rumah-rumah penduduk, lahan pertanian warga, tetapi juga merusak jembatan penghubung desa, dan material berupa lumpur, gelondongan kayu serta batu besar menutup badan jalan di daerah itu.
"Akibat seringnya terjadi banjir lahar dingin tersebut, dikhawatirkan sarana transportasi di beberapa desa akan putus, jalan cepat rusak, serta petugas Dinas PU Karo terpaksa harus bekerja keras membersihkan," ujar dia.
Dia menjelaskan, desa-desa yang sering dilanda banjir lahar dingin itu, yakni Desa Kutambaru, Desa Perbaji, Desa Sukatendel dan desa lainnya yang berada di Kecamatan Tiganderket.
Desa yang kebanjiran tersebut hanya berjarak sekitar tujuh kilometer dari kaki Gunung Sinabung dan lokasi itu juga rawan terkena lintasan awan panas serta debu erupsi Gunung Sinabung.
Oleh karena itu, katanya, masyarakat yang berada di desa tersebut harus tetap mewaspadai banjir lahar dingin dan juga awan panas erupsi Gunung Sinabung yang setiap saat mengeluarkan debu.
"Warga Karo saat ini mengalami dua bencana akibat fenomena alam, yakni letusan Gunung Sinabung dan banjir lahar dingin yang sangat berbahaya," kata Sembiring.
Banjir lahar dingin Gunung Sinabung yang melanda Desa Sukatendel, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo (4/11) merusak ratusan hektare ladang warga yang mayoritas ditanami jeruk dan coklat, belasan rumah, serta menhganyutkan dua mobil.
Banjir juga menghanyutkan bongkahan batu dan gelondongan kayu yang berasal dari puncak Gunung Sinabung.
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015