... bukan berarti Indonesia harus menunggu sampai berada dalam posisi terdesak baru memperlihatkan komitmen serupa...

Jakarta (ANTARA News) - Ahli planologi Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, dalam urusan penanganan masalah sampah, sebelum berdebat tentang teknologi pengelolaan sampah paling tepat diadopsi, Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya harus lebih dulu meniru komitmen yang diperlihatkan negara-negara yang berhasil mengelola sampah secara baik.

"Kalau kita mau bisa bebas masalah sampah, negara tetangga kita terdekat yang bisa ditengok itu Singapura, mereka negara tetangga yang paling berkomitmen soal itu," ujar Nirwono, saat dihubungi www.antaranews.com, dari Jakarta, Sabtu.

Joga menilai, komitmen itu penting untuk mendasari berbagai langkah dan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan untuk mengatasi persoalan pengelolaan sampah di Jakarta.

Dia membandingkan, saat ini pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah bermasalah dengan pemerintah Kota Bekasi terkait pengelolaan sampah serta Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang, apabila masalah serupa dialami Singapura tentu akan semakin menjatuhkan posisi tawar negara yang wilayah geografisnya kecil itu.

"Masalahnya, tidak seperti Jakarta yang bergantung dengan lahan TPST di Bekasi, Singapura tidak punya pilihan untuk bergantung pada negara manapun soal sampah ini, baik itu Malaysia, Thailand ataupun Indonesia," ujarnya.

"Sekarang polemiknya masih antarkota, kalau Singapura mengalami hal serupa, persoalan antarnegara dia bisa sangat terjajah, kehilangan posisi tawar, dan makin tak berdaya apa-apa kalau soal sampah saja masih bergantung pada negara lain," kata dia.

Dia mengakui, Singapura memang berada dalam posisi terjepit sebagai negara pulau tunggal untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan komitmen tinggi, namun bukan berarti Indonesia harus menunggu sampai berada dalam posisi terdesak baru memperlihatkan komitmen serupa.

Ia juga meyakini, gegar budaya soal kebiasaan membuang sampah seharusnya bisa ditanggulangi sebagaimana kasus pada budaya mengantri, yang sebelumnya sangat langka di Indonesia namun belakangan mulai tumbuh sebagai sebuah kebiasaan baru.

"Artinya, gegar budaya soal sampah ini juga seharusnya bisa diatasi, persoalannya mau selesai cepat atau lambat. Kalau tidak mulai dari sekarang tentu gegar budayanya akan sangat berlarut-larut," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015