Rote Ndao (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengapresiasi para pelaku industri kreatif di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang berkontribusi memperkuat citra produk Indonesia yang ramah lingkungan.
"Pelaku industri kreatif khususnya di bidang tenun dan batik punya stamina yang kuat sehingga konsisten dalam memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan," katanya dalam pameran serat dan warna alam Swarna Fest 2015 di Pantai Nemberala, NTT, yang berlangsung 6-7 November.
Saleh mengatakan bahwa mereka juga penuh semangat dalam melestarikan kekayaan adat dan kearifan lokal Indonesia melalui penggunaan serat dan warna alami.
Kegiatan ini melibatkan lebih dari 500 orang yang berasal dari perajin tenun yang menggunakan serat dan warna alam serta IKM-IKM produk unggulan Kabupaten Rote Ndao, desainer, serta penggiat warna dan serat alam.
Menperin optimistis, industri kreatif ini semakin berkembang seiring perlindungan pemerintah yang dilakukan melalui pendekatan Indikator Geografis.
Secara garis besar, kata dia, indikasi geografis dipahami sebagai penggunaan nama lokasi di mana sebuah produk diproduksi atau terkait lokasi yang identik dengan produk.
Contohnya, Tenun Ikat Rote, Kain Songket Palembang, Kue Lapis Talas Bogor, Batik Jogja, Kopi Arabika Kintamani Bali, Mebel Ukir Jepara dan lain-lain.
Selain itu, Menperin juga menyinggung soal peringkat Indeks Inovasi Global Indonesia yang menempati peringkat 87 dari 126 negara berdasarkan hasil Survei INSEAD (Institute European d'Administration des Affairs), atau meningkat dari peringkat 99 pada 2012.
Sedangkan, peringkat ekspor barang kreatif Indonesia tumbuh menjadi peringkat 25 di tahun 2014 dari peringkat 85 di tahun 2013.
Data statistik menunjukkan kontribusi industri kreatif terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2013 sebesar 6,9 persen, lalu meningkat menjadi 7,6 persen pada tahun 2014, dan tahun ini diperkirakan mencapai 8-9 persen.
Sampai dengan Juni 2015 sumbangan industri kreatif terhadap PDB telah mencapai 6,3 persen, atau mencapai Rp 104,73 triliun.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor kerajinan dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 11,81 persen. Kemudian, disusul oleh produk fesyen dengan pertumbuhan 7,12 persen, periklanan sebesar 6,02 persen, dan arsitektur 5,59 persen.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015