Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki menjelaskan bahwa upacara minum teh (Chado) bukan hanya kegiatan budaya tradisional semata, melainkan juga memiliki nilai filosofis.
"Chado, selain sebuah budaya tradisional Jepang, tetapi ini juga melambangkan cara hidup orang jepang," ujar dubes Tanizaki saat ditemui dalam acara penghargaan Chado di Jakarta, Jumat siang.
Dalam acara yang berlangsung di kediaman resminya di bilangan Kebayoran Baru itu, dia mengatakan kebanggaannya bahwa Chado bisa masuk, menyebar, dan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai contoh, dubes Tanizaki menjelaskan kekagumannya terhadap para penggiat Chado yang berada di Indonesia. Mereka telah mengenalkan Chado kepada masyarakat lokal sejak 28 tahun yang lalu, jelasnya.
"Saya kenal betul dengan mereka, walaupun sudah tidak lagi muda tapi mereka tetap tekun. Bahkan diharuskan duduk selama 90 menit saat melangsungkan Chado. Saya sangat kagum dengan mereka," ujar Dubes Tanizaki.
Dalam kesempatan tersebut, dubes Tanizaki juga memberikan dua "Penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang" dan "Penghargaan Duta Besar Jepang" terhadap lima penggiat Chado di Indonesia.
Para penerima penghargaan tersebut terdiri dari lima tokoh penggiat Chado dari asosiasi Urasenke Tankokai Indonesia yang terdiri dari dua orang instrukstur dan tiga asisten.
Mereka antara lain dua orang penerima penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang, yaitu Master Chado Urasenke-Instruktur Urasenke Tankokai Indonesia Association Martina Kuniko Pohan dan Kikuo Krisanti Soendoro.
Selanjutnya, tiga orang penerima Penghargaan Duta Besar Jepang yaitu para asisten instruktur Urasenke Tankokai Indonesia Association Kiyoe Tanaka Sitanggang, Teruko Ibrahim, dan Suwarni Widjaja.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, sebagian besar penerima penghargaan tersebut merupakan Warga Negara Jepang yang pernah menetap di Indonesia dan turut berperan aktif dalam pengenalan dan penyebaran budaya tradisional tersebut.
"Dengan semangat yang mereka miliki, saya merasa kagum sekaligus merasa malu pada diri sendiri. Saya juga masih ingat, pada tahun pertama penugasan di indonesia, saya diundang upacara minum teh oleh para instruktur," tuturnya menceritakan.***4***
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015