Warga mengungsi karena merasa trauma dengan gempa bumi yang terjadi pada tahun 2004, kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD NTT Melchias J kepada Antara di Kupang, Kamis.
"Jumlah persis yang mengungsi masih dilakukan pendataan, tetapi di atas 100 jiwa," kata Melchias yang mengaku baru tiba di Alor untuk memantau langsung kondisi di Alor.
Dia mengatakan segera menggelar rapat untuk kepentingan penanganan lebih lanjut di lapangan.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor, Marthen Daud dalam keterangan terpisah mengatakan gempa yang terjadi sejak Senin (2/11) itu merusak puluhan rumah maupun fasilitas umum.
"Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Alor Timur karena memang lokasi gempanya berdekatan dengan bangunan rumah milik warga serta fasilitas umum lainnya di Desa Maritaing yang rusak tersebut," katanya.
Dari hasil pendataan sementara yang dilakukan hingga Kamis pagi ini, tercatat dua rumah ibadah yang rusak yakni Gereja Betania dan Gereja Ebenheizer, keduanya terletak di Desa Maritaing, Kecamatan Alor Timur.
Selain gereja juga ada tiga bangunan sekolah rusak, yakni SMK Negeri Maritaing rusak ringan, SMP Negeri Maritaing rusak berat, dan SD Negeri Maritaing rusak ringan.
Gempa berkekuatan 6,2 SR terjadi pada koordinat 8.20 LS dan 124.94 BT atau sekitar 28 km timur laut Alor, dengan kedalaman 89 Km dari permukaan laut.
"Pendataan belum bisa dilakukan secara maksimal karena akses jalan menuju lokasi terputus," kata Marthen.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015