Mekkah (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmud Abbas dan pimpinan Hamas Khaled Meshaal melanjutkan perundingan, Kamis, setelah kedua pihak menyatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan kota suci Islam itu tanpa suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik berdarah. "Kami tidak akan meninggalkan tempat suci ini tanpa suatu kesepakatan," kata Abbas saat pembukaan pertemuan yang disponsori oleh Arab Saudi tersebut, Rabu. Pertemuan itu juga dihadiri Perdana Menteri Ismeil Haniya, seorang anggota gerakan Islam Meshaal. Pimpinan Hamas juga menegaskan komitmen Abbas bahwa "kami datang untuk mencapai kesepakatan dan tidak akan pergi tanpa tercapainya kesepakatan." Anggota Politbiro Hamas, Mohammed Nazzal mengatakan, ia mengharapkan suatu kesepakatan dalam tiga hari ini. "Saya optimis dengan hal itu," katanya. Penasehat Abbas, Nabil Amr memberikan target waktu yang lebih ketat bahwa ia sangat optimis suatu kesepakatan dapat dicapai dalam 48 jam ini. Raja Abdullah mengundang para pimpinan Palestina ke Mekkkah untuk berunding dan mengakhir konflik mematikan di kawasan Palestina selama bertahun-tahun ini. Menlu Saudi, Pangeran Saud al Faisal telah mengadakan pertemuan terpisah dengan delegasi Fatah dan Hamas. Meshaal, yang tinggal dalam pengasingan di Damaskus dan menjadi salah satu orang paling dicari oleh Israel, mendesak para pejuang kedua pihak menghentikan konflik. Menurut Meshaal, kekuatan-kekuatan dunia harus menghormati setiap keputusan yang diambil oleh kedua pihak (Fatah dan Hamas). "Komunitas internasional harus menghormati kesepakatan yang akan kami buat, mengakui realitas kami dan menyikapinya dengan serius," katanya. Hamas, yang membentuk suatu pemerintahan Maret lalu setelah memenangi pemilu parlemen atas kelompok Fatah pimpinan Abbas, ngotot tidak akan melepaskan kekuasaan yang diraihnya di pemilu tanpa jaminan pengakhiran boikot bantuan dari barat yang telah melumpuhkan pemerintahannya. Uni Eropa dan AS membekukan semua bantuan langsung selama Hamas memegang kekuasaan, dan menuntut pemerintah Palestina menghentikan kerusuhan, mengakui Israel dan melakukan perjanjian damai.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007