Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), nilai perekonomian dari laut Indonesia diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS sampai 5 triliun dollar AS, atau setara Rp36 ribu triliun sampai Rp60 ribu triliun pertahun, karena Indonesia memiliki tiga al
Surabaya (ANTARA News) - Penasihat Kehormatan Menteri Pariwisata, Indroyono Soesilo, mengatakan Indonesia harus mengembangkan industri maritim untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
"Indonesia harus cepat mengembangkan industri maritim, seperti industri galangan kapal nasional yang dinilai mampu membangun kapal yang dibutuhkan untuk memperkuat konektivitas maritim di Tanah Air, sehingga jika hal itu berhasil, maka perwujudan Indonesia sebagai poros maritim dunia akan tercapai," katanya dalam seminar bertajuk "Kekayaan Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Guna Mewujudkan Kejayaan dan Kemakmuran Bangsa" di Auditorium Pascasarjana ITS, Rabu.
Ia mengatakan, untuk mewujudkan industri maritim, maka dengan cara membangun kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang memiliki pulau lebih dari 13.500 dan mencakup wilayah sepanjang 3.000 mil laut, Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya, kemakmurannya, dan masa depannya.
"Luas wilayah laut Indonesia mencapai tiga per empat dari seluruh wilayah Indonesia. Selat Malaka dan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) secara umum merupakan jalur perdagangan strategis yang dilalui kapal-kapal perdagangan dunia dengan volume perdagangan mencapai 45 persen dari total nilai perdagangan seluruh dunia," tuturnya.
Sampai saat ini, lanjutnya Laut Indonesia berpotensi meningkat di masa-masa datang, karena jika melihat prospek perkembangan perekonomian di wilayah Asia masih menjanjikan. Indonesia memiliki tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dengan potensi nilai perdagangan 1,5 juta dollar AS per hari, atau setara dengan sekitar Rp18 miliar perhari.
"Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), nilai perekonomian dari laut Indonesia diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS sampai 5 triliun dollar AS, atau setara Rp36 ribu triliun sampai Rp60 ribu triliun pertahun, karena Indonesia memiliki tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dengan potensi nilai perdagangan yang sangat tinggi," tuturnya.
Menurut dia, hal ini mendasari adanya peluang industri galangan kapal yang dinilai sangat terbuka karena didorong kebijakan asas cabotage yang meningkatkan jumlah kapal nasional dari 6.000 unit pada tahun 2005, menjadi 14.000 di tahun 2014, sedangkan saat ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan dua kawasan khusus industri perkapalan yaitu di Kabupaten Lamongan, Jatim dan Kawasan Industri Maritim Tanggamus, Lampung.
"Oleh karena itu kami juga mendorong pemberdayaan Pusat Desain dan Rekayasa Perkapalan Nasional di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Pusat desain ini perlu dioptimalkan lagi, sehingga setiap ingin membangun kapal tidak harus mendesain dari awal, biaya juga dinilai lebih hemat dan lebih singkat pengerjaannya," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, saat ini terdapat lebih kurang 250 galangan kapal, terdiri dari 105 di Batam yang mendapat fasilitas free trade zone (FTZ), sedangkan sisanya yaitu 145 di luar Batam dan diharapkan bisa meningkat secara keseluruhan.
Pewarta: Indra/Laily
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015