Palembang (ANTARA News) - Pemulihan ekonomi global diprediksi masih terhambat hingga akhir tahun ini karena sejumlah negara yang berpengaruh seperti Amerika Serikat dan Tiongkok dan beberapa yang berada di kawasan Eropa masih mengalami perlambatan ekonomi.
Kepala Divisi Statistik Sektor Rill Departemen Statistik Bank Indonesia Widya Agustin di Palembang, Selasa, mengatakan, keadaan ini terpantau pada kondisi perekonomian dunia dari Mei hingga Agustus 2015.
"Tiongkok diperkirakan akan terus melambat hingga akhir tahun karena sejak Mei hingga Agustus masih membukukan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yakni sebesar 7,4 persen," kata Widya dalam acara temu responden survei Bank Indonesia.
Dari sisi permintaan, pelemahan ekonomi Tiongkok ini tercermin dari ekspor dan investasi aset tetap yang masih lemah.
Begitu pula dari sisi produksi, pelemahan ekonomi Tiongkok ini terindikasi dari penanaman modal industri manufaktur dan komposit yang menurun kembali akibat penurunan permintaan ekspor.
Sementara, Amerika Serikat masih rentan karena terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari 3,0 persen di Mei 2015, menjadi 2,5 persen di Agustus 2015.
Data non-farm payrolls mengindikasikan lemahnya indikator ketenagakerjaan dan berada di bawah ekspektasi pasar, begitu pula dengan angka pertumbuhan gaji yang mengalami penurunan secara bulanan dengan ditandai tingkat partisipasi tenaga kerja juga melemah.
"Hanya pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa yang diperkirakan akan terus membaik hingga akhir tahun karena trennya bergerak dari 1,4 persen pada Mei 2015 menjadi 1,5 persen pada Agustus 2015," kata dia.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan terus membaik karena ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan sektor manufaktur yang mulai berani berekpansi.
"Penguatan permintaan domestik akan berimbas pada membaiknya konsumsi sehingga turut berdampak positif pada penjualan ritel. Perbaikan sektor konsumsi ini juga membenahi sektor tenaga kerja yang tercermin dengan penurunan tingkat pengangguran di Eropa," kata dia.
Berdasarkan data ini, Widya memandang bahwa perekonomian global belum begitu membaik hingga akhir tahun sehingga harga komoditas, seperti tembaga, batu bara, palm oil, karet, nikel, timah, almunium, kopi, juga masih belum sesuai harapan.
Akan tetapi, di tengah belum membaiknya perekonomian dunia ini, BI masih memprediksi bisa mencetak pertumbuhan ekonomi 4,8 persen pada triwulan III-2015, atau sedikit lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni 4,67 persen.
"Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh akselerasi investasi pemerintah sejalan denganmeningkatnya belanja modal Pemerintah. Peningkatan investasi ini tercermin dari meningkatnya proyek-proyek pemerintahyang telah memasuki tahap konstruksi," ujar dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015