Jakarta (ANTARA News) - Meski tidak lagi masuk jajaran struktural Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mantan ketua umum PPP Hamzah Haz masih menempati posisi terhormat di partai berlambang Ka`bah tersebut. "Pak Hamzah Haz tidak hilang kok dari peredaran. Beliau diangkat sebagai `soko guru` (penyangga) di PPP. Tidak perlu di struktural," kata Wakil Sekjen PPP Lukman Hasibuan di Jakarta, Rabu. Pada kesempatan itu Lukman juga menjelaskan tidak masuknya nama Hamzah Haz, Alimarwan Hanan, Yunus Yosfiah dan Dimyati Natakusumah dalam struktrur kepengurusan PPP, baik kepengurusan harian maupun Majelis Pertimbangan Partai, hasil muktamar ke-6. Menurut Lukman, Hamzah pernah menyampaikan kepada dirinya bahwa jika yang terpilih dalam muktamar sebagai ketua umum adalah Suryadharma Ali (SDA) maka yang menjadi Ketua MPP bukan dirinya, melainkan Bachtiar Chamsyah. Selain itu, lanjut Lukman, tidak masuknya Hamzah di kepengurusan PPP karena mantan wakil presiden itu berpihak kepada kandidat dalam proses pemilihan calon ketua umum PPP. "Ini risiko politik," katanya. Sebagai bekas orang nomor satu di partai, kata Lukman, seharusnya Hamzah bersikap netral. Namun yang terjadi, katanya, saat pelaksanaan muktamar, Hamzah Haz pernah memanggil para pimpinan wilayah untuk mengarahkan dukungan pada salah seorang kandidat. Selain itu, sambung Lukman, ketika SDA melakukan pertemuan dengan sejumlah kader, Hamzah Haz kembali bermanuver dengan mengambil langkah serupa. "Hamzah Haz melakukan juga pertemuan di Hotel Millenium lalu dilanjutkan di kediamanya," kata Lukman menyinggung manuver Hamzah untuk "menghalangi" SDA menjadi ketua umum PPP. Sementara mengenai tidak masuknya Alimarwan Hanan dan Yunus Yosfiah, menurut Lukman, hal itu dilandasi adanya pertimbangan regenerasi di tubuh partai. Sedangkan untuk Dimyati, kata Lukman, lantaran Bupati Pandeglang itu adalah kader baru partai meskipun dalam muktamar lalu Dimyati mengantongi dukungan sebanyak 219 suara. Menurut Lukman, sebaiknya Dimyati lebih fokus mengurus pekerjaanya sebagai bupati, sebagai pimpinan wilayah di Propinsi Banten tersebut. Ditanya apakah dengan "hilangnya" Hamzah, apakah PPP tidak takut akan terpuruk dalam perolehan suara pada pemilihan umum 2009, Lukman menegaskan, hal itu tidak akan terjadi. "Kenapa harus takut. Pemilihan Presiden aja kalah. Suara PPP yang sembilan juta pada pemilihan putaran pertama, tinggal tiga juta pada pemilihan tahap kedua. Gaib, hilang enam juta," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007