Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, dalam kajiannya menyatakan nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS mengikuti sentimen di pasar global.
Menurut dia, dolar AS cenderung melemah setelah Institute for Supply Management (ISM) mengumumkan indeks manufaktur Amerika Serikat turun menjadi 50,1 pada Oktober, turun dari indeks September yang tercatat 50,2.
Sementara di dalam negeri, ia menjelaskan, deflasi 0,08 persen selama Oktober yang membuat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 menjadi 2,16 persen meningkatkan harapan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
Kendati demikian, laju rupiah masih dibatasi oleh angka pertumbuhan triwulan III 2015 yang akan dirilis pekan ini. Jika ekonomi membaik maka optimisme pelaku pasar uang terhadap rupiah akan kembali membaik.
Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra menambahkan meski risiko dalam negeri dan eksternal sudah mereda, namun risiko volatilitas rupiah masih ada di tengah ketidakpastian global.
"Karena itu, kami memprediksi BI rate masih tidak berubah pada 7,5 persen tahun ini dengan kemungkinan pemangkasan 50 basis poin tahun 2016," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015