Sudah bertahun-tahun hasil pertanian dikuasai para tengkulak. Jadi perlu terobosan seperti mengaktifkan kembali Perusda (Perusahaan Daerah) Agro Persada yang sudah lama tidak aktif."

Karawang (ANTARA News) - Hasil pertanian di Kabupaten Kabupaten Karawang, Jawa Barat, banyak dikuasai tengkulak sehingga perekonomian petani sulit meningkat, kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan dan Peternakan setempat Kadarisman, Senin.

"Sudah bertahun-tahun hasil pertanian dikuasai para tengkulak. Jadi perlu terobosan seperti mengaktifkan kembali Perusda (Perusahaan Daerah) Agro Persada yang sudah lama tidak aktif," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan dan Peternakan setempat Kadarisman, di Karawang.

Menurut dia, selama hasil pertanian dikuasai tengkulak, maka para petani termasuk kalangan buruh tani akan sulit sejahtera atau meningkat perekonomiannya sebab kalangan petani seringkali dirugikan terkait banyaknya tengkulak.

Ia mengatakan, dahulu Karawang memiliki Perusda yang bergerak di bidang pertanian, yakni Perusda Agro Persada. Tetapi Perusda itu kini sudah tidak aktif.

"Kami kira Perusda yang bergerak di bidang pertanian harus ada di Karawang. Sebab daerah ini merupakan daerah lumbung padi," kata dia.

Dengan adanya Perusda yang bergerak di bidang pertanian, maka ke depannya bisa mendorong kegiatan petani seperti pengadaan pupuk, pengadaan benih, pembelian gabah dan lain-lain.

Ia mengingatkan agar para petani menolak untuk dikendalikan oleh tengkulak, khususnya terkait dengan harga gabah. Itu disampaikan karena saat ini harga gabah seringkali dikendalikan kalangan tengkulak.

Kadarisman mengakui saat ini produksi padi di Karawang cukup maksimal, bahkan selalu meningkat produksinya dari tahun ke tahun. Tetapi perekonomian petani masih terganggu, meski produksi padi meningkat.

"Petani di Karawang belum bisa menggunakan manajemen dalam kegiatan pertaniannya, dan masih konvensional. Karena itu, diperlukan Perusda di bidang pertanian," katanya.

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015