Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris meminta kalangan perbankan membantu membiayai restrukturisasi pabrik gula yang kebanyakan sudah tua guna meningkatkan produksi gula nasional mencapai empat juta ton per tahun. "Sebenarnya perbankan tidak perlu khawatir karena ini (pabrik gula) sebagian besar BUMN dan di Jawa sebagian besar BUMN. Memang perbankan harus berani," ujarnya usai Rapat Kerja (Raker) lanjutan dengan Komisi VI DPR-RI di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan saat ini pemerintah cq Deptan dan Deperin tengah melakukan koordinasi untuk meningkatkan produksi gula nasional baik dari sisi kebun (on farm) maupun pabrik (off farm). Fahmi yakin dengan restrukturisasi yang terkoordinasi maka produksi gula nasional akan meningkat mencapai empat juta ton atau mendekati total konsumsi gula di dalam negeri. "Jadi kalau pihak perbankan ikut ambil bagian itu sesuatu yang luar biasa," katanya. Menurut Fahmi banyak pabrik gula dan perkebunan besar membutuhkan restrukturisasi. Ditambahkan oleh Dirjen Industri Agro dan Kimia (IAK) Deperin, Benny Wahyudi, pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap 52 pabrik gula dan identifikasi awal kebutuhan dana untuk restrukturisasi mencapai Rp3,46triliun. "Dari dana tersebut pabrik gula hanya bisa memenuhi Rp136 miliar dari dana sendiri. Dana Rp3,4 triliun diharapkan didapat dari pinjaman atau cara lain," ujarnya. Dikatakannya dari 52 pabrik gula yang dievaluasi tersebut sebanyak 42,31 persen produktifitas hanya 5- 6 ton per hektar (ha). Sedangkan, idealnya lebih dari tujuh ton per ha. Selain itu, evaluasi itu juga menunjukkan sebanyak 82,6 persen pabrik gula mengalami "overall recovery" sebanyak 76-85 persen padahal seharusnya lebih besar dari 85 persen. "Sebanyak 50 persen pabrik gula juga mempunyai kapasitas terpasang 1600-3000 ton per hari. Kapasitas ideal yang optimal di atas lima ribu ton per hari. Karena itu, diperlukan restrukturisasi industri disamping peningkatan produktivitas dan efisiensi lahan seperti program penggunaan bibit unggul dan pemupukan," kata Benny.Lebih jauh mengenai dana restrukturisasi, Benny mengakui kalangan pabrik gula yang sebagian BUMN tersebut masih terbebani utang rekening dana investasi (RDI) dan karena itu disiapkan empat opsi. "Hutang ini lah yang menyebabkan mereka tidak layak mendapat pinjaman dari bank karena DER tidak bagus," ujarnya. Empat opsi yang sedang dibahas pemerintah, kata dia antara lain adalah penyertaan modal negara bagi pabrik gula yang tidak bankabel tapi mempunyai produk yang baik dan penghapusan RDI dana rekening investasi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007