Hasilnya rendang dengan tekstur lembut dan bumbu meresap sempurna menghasilkan cita rasa manis, gurih, dan pedas rempah di lidah."
"Pedasnya enak, pas di lidah, lembut serta gurih sekali."


Pujian diucapkan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono usai menyantap rendang paru buatan koki muda Dian Anugrah.

Yudhoyono, biasa disebut SBY, disuguhi menu racikan pemilik merek usaha "Rendang Minang Culinary" usai tampil sebagai pembicara pada kuliah internasional di Universitas Andalas (Unand) Padang pada 29 Oktober 2015,

Di ruangan makan itu selama satu jam Dian melayani langsung santap siang SBY dan rombongan dengan menyajikan rendang paru premium, kalio lidah sapi, ikan cuko, dan gulai cancang jo tunjang.

"Pak SBY, menu siang ini dimasak oleh salah seorang alumni Unand yang berprestasi di bidang kuliner dan masih muda," ucap Rektor Unand Wery Darta Taifur.

Menu racikan Dian mendapat apresiasi dari SBY sembari memotivasi agar terus berkarya di dunia kuliner.

"Terus berkarya di bidang kuliner Minang, sekali-sekali memasak ditempat saya ya," ujar SBY.

"Terima kasih Pak, semua menu yang dimasak hari ini tanpa penyedap dan alami," jawab Dian.

Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat tersebut juga tertarik dengan buku kuliner yang ditulis Dian bersama Chef Heinz Von Holzen dan minta dikirimkan.

Istri mantan Menteri Dalam Negeri Vita Gamawan Fauzi yang ikut menyantap rendang paru pun langsung memesan masakan Dian.

Meski jebolan Fakultas Hukum Universitas Andalas, ketertarikan pria kelahiran Padang, 1 September 1983 itu terhadap kuliner membuat ia serius menekuni dunia masak memasak hingga akhirnya mendirikan usaha Rendang Minang Culinary.

Ketika mendengar kabar mantan orang nomor satu di Indonesia itu akan berkunjung ke Unand, spontan Dian menghubungi rektor dan menawarkan untuk menyiapkan masakan bagi SBY dan rombongan.

Tidak sia-sia ia diberi kesempatan oleh Rektor Universitas Andalas Wery Darta Taifur untuk menyajikan masakannya untuk mantan Presiden SBY.

Gayung bersambut, rektor mempersilahkan walaupun usaha yang didirikannya belum sepenuhnya usaha jasa boga, ia pun menggandeng salah satu merek terkenal namun menu utama menjadi tanggung jawabnya.

Hampir 24 jam Uda Dian memasak lima menu utama yang kesemuanya merupakan khazanah makanan Minang tempo dulu.

Untuk menyajikan rendang paru kualitas premium diawali dengan merebus selama dua hingga tiga jam dengan dedaunan.

Usai direbus dan aroma wangi tercium baru paru sapi mulai direndang selama delapan jam hingga 10 jam dengan api kecil, ujar dia.

Menurutnya di sela-sela api kecil ada jeda selama satu jam agar bumbu benar-benar meresap untuk dilanjutkan menyengai dengan api kecil.

"Hasilnya rendang dengan tekstur lembut dan bumbu meresap sempurna menghasilkan cita rasa manis, gurih, dan pedas rempah di lidah," lanjut dia.

"Ini momen paling berharga dalam hidup saya saat Pak SBY mengapresiasi menu yang disajikan," kata Dian.

Memilih Kuliner
Dian merupakan salah satu dari sedikit orang yang memilih profesi yang kini cukup prestisius dan membahagiakan orang banyak yaitu menjadi chef.

Ia ingat betul pesan chef senior Wiliam Wongso bahwa suatu hari di masa mendatang referensi kuliner Minang akan berkurang karena saat ini mereka yang menguasai masakan Minang akan tiada.

Seorang nenek atau ibu paruh baya bisa memasak makanan Minang adalah hal biasa, namun jika tidak ada regenerasi maka khazanah budaya yang tak ternilai itu akan lenyap, ucap dia.

Kendati tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang memasak Dian memilih untuk belajar sendiri kepada ibu, nenek dan banyak membaca buku.

"Kuncinya belajar dan menjalankannya sepenuh hati dengan kecintaan," ujarnya.

Ia menilai dunia kuliner adalah ketulusan dan kejujuran karena tidak akan ada korupsi, kolusi dan nepotisme rasa.

"Yang ada adalah ketulusan meracik makanan dengan bahan terbaik sehingga hasilnya hanya dua pilihan enak atau tidak enak, sehingga kejujuran sebenarnya itu ada di bidang kuliner," tuturnya.

Buah usaha yang dirintis sejak 2011 tersebut mulai dipetik. Kini pesanan pun mengalir tak kurang dari 35 kilogram rendang setiap bulan.

Usaha rumah tangga yang dirintis oleh Dian dipasarkan melalui dunia maya lewat akun twitter, jejaring sosial facebook, whatsapp dan akhir tahun ini akan merilis web.

Ia melihat rendang akan semakin populer dan karena ia bercita-cita menghadirkan rendang dengan resep yang benar-benar otentik.

Memilih Elpiji

Untuk memasak rendang dengan cita rasa terbaik salah satu rahasianya adalah dimasak dengan api kecil dalam waktu lama hingga 10 jam agar bumbu meresap sempurna.

Menurut Dian selama ini dalam memasak rendang dengan cara tradisional lazimnya digunakan kayu bakar khususnya kayu casiavera sehingga aroma yang dihasilkan lebih harum.

"Namun kunci pengaturan rasa rendang ada pada panas dan suhu sehingga jika tidak pandai menggunakan kayu bakar rendang bisa gagal," ujar dia.

Dalam mengembangkan usaha rendang Dian memang memilih menggunakan gas elpiji dengan pertimbangan lebih mudah didapat dan efisien.

Kalau di kota cari kayu bakar sulit dan kalau ada mahal, memang ada yang bilang memakai elpiji instan, namun tetap saja keterampilan mengatur suhu, kata dia.

"Pakai elpiji lebih bersih dan ramah lingkungan, apalagi kayu sulit didapat dan polusinya tinggi," lanjut dia.

Untuk memasak rendang ia menggunakan dua jenis elpiji ukuran 12 kilogram dan tiga kilogram. Untuk elpiji tiga kilogram biasa digunakan untuk dua kali masak, sedangkan ukuran 12 kilogram untuk tiga hingga empat kali masak.

Ia berharap di masa datang di Padang sudah tersedia gas elpiji yang dipasok melalui jaringan pipa langsung ke rumah-rumah sehingga akan lebih efisien.

"Apalagi Padang merupakan salah satu kota yang identik dengan kuliner sehingga akan potensial jika gas dikembangkan melalui jalur langsung," ujar dia.

Oleh Ikhwan Wahyudi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015