"Jalan Cikapundung Timur, dekat Gedung Merdeka akan menjadi Jalan Sukarno," kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Gedung Indonesia Menggugat, Minggu.
Ia mengatakan sah-sah saja nama bandara dan jalan dinamai Sukarno-Hatta karena Sukarno sebagai pahlawan seharusnya diberikan apresiasi lebih dari sekadar gelar proklamator.
"Surat permohonan sudah kami kirim ke DPRD dan sudah disetujui," kata Ridwan.
Menurut dia penulisan nama jalan baru ini tidak akan memakai ejaan "Soekarno" karena dari buku yang ia baca Sukarno sendiri tidak suka dengan ejaan "oe" yang ada pada penulisan tandatangan naskah proklamasi.
"Dan ingat, Sukarno itu tulisannya pakai U. Ini kata keluarga Sukarno. Karena oe itu inisiatif dari Belanda. Namun karena sudah telanjur ada di tanda tangan, maka tandatangannya tetap Soekarno," kata Emil.
Perubahan nama jalan itu bukan sekali dilakukan Kota Bandung dengan menggunakan tokoh nasional. Terakhir Jalan Ujungberung diubah menjadi Jalan AH Nasution, Jalan Kiaracondong menjadi Jalan Ibrahim Ajie dan Jalan Kopo-Margahayu menjadi Jalan KH Abdurahman Wahid.
Jalan Cikapundung Timurterletak di sebelah kanan Gedung Merdeka yang menjadi tempat bersejarah berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955. Jalan itu membentang melewati Jalan Asia Afrika hingga Jalan Naripan.
Jalan itu juga terletak di bantaran aliran Sungai Cikapundung yang juga berada di kawasan Nol Kilometer Kota Bandung.
Sejak April 2015 jalan ini ditutup untuk kendaraan dan saat ini sering digunakan sebagai tempat festival dan kegiatan warga Kota Bandung.
Di Jalan itu juga ditempatkan Standing profile tokoh Konferensi Asia Afrika, Presiden dan Wapres RI, Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015