Kisham, Afghanistan (ANTARA News) - Udara dingin dan angin yang menusuk tulang menambah penderitaan korban gempa bumi yang memporak-porandakan banyak wilayah di Provinsi Badakhshan, Afghanistan, pekan lalu.
Pemerintah menyatakan lebih dari 100 orang lagi telah meninggal di Afghanistan akibat gempa bumi dengan kekuatan 7,5 Skala Richter pada Senin (26/10).
"Kami menderita bukan hanya akibat cuaca yang bertambah dingin tapi juga karena kurangnya bantuan pemerintah dalam bentuk makanan dan pembangunan kembali rumah kami," kata Mohammad Majid dari Provinsi Badakhshan kepada Xinhua.
Majid, yang kini tinggal di rumah pamannya bersama keluarganya, mengatakan mereka masih menunggu pemerintah di Kabul dan lembaga kemanusiaan luar negeri untuk datang, menyediakan makanan buat mereka dan membantu membangun kembali rumah mereka.
"Keperluan utama kami di desa yang terdampak ialah membangun kembali rumah kami dan kami meminta bantuan pemerintah sebelum salju turun," kata Majid, yang berusia 30 tahun.
Menteri Negara Urusan Reaksi dan Penanganan Bencana Wais Barmak mengatakan kepada Wolesi Jirga --atau Majelis Rendah-- Parlemen Afghanistan pekan lalu bahwa gempa bumi itu, salah satu yang paling kuat yang mengguncang wilayah tersebut, menewaskan 115 orang di Afghanistan, 15 di antara mereka di Provinsi Badakhshan.
Ia mengatakan sebanyak 556 orang cedera, 7.630 rumah warga hancur atau rusak parah, dan lebih dari 1.000 ternak mati di seluruh negeri itu.
Abdullah Naji Nazari, Kepala Dewan Provinsi Badakhshan, dalam perbincangan dengan Xinhua, juga mengkonfirmasi mereka masih menunggu bantuan dari pemerintah di Kabul.
Nazari mengatakan selain 15 orang yang tewas di Provinsi Badakhshan, 67 orang lagi cedera dan lebih dari 2.700 rumah hancur, kebanyakan di Kabupaten Kisham, Jurm, Yamgan, Shagnan dan Wardoj.
"Ini adalah untuk pertama kali saya mengalami gempa sekuat ini. Kami sangat terguncang, sungguh mengerikan," kata Faiz Mohammad (47), penyintas lain dari Kisham.
Faiz mengatakan sebagian besar orang yang tewas berada di dalam rumah mereka sedangkan mereka yang berada di luar rumah selamat sebab mereka memiliki kesempatan untuk mencari tempat berlindung.
"Syukurlah, anak-anak dan istri saya bersama saya di sawah ketika gempa bumi mengguncang, jadi kami semua selamat," kata Faiz. Namun ia mengatakan rumah mereka yang tebuat dari lumpur rata dengan tanah.
Abdul Mohammad, korban lain dari Desa Soch di Kabupaten Jurm, memohon kepada pemerintah dan lembaga bantuan internasional agar membantu mereka membangun kembali rumah mereka sebelum cuaca bertambah buruk.
Abdul mengatakan ibunya, yang sudah berusia lanjut, meninggal selama gempa bumi tersebut dan rumahnya benar-benar hancur.
"Korban gempa akan menghadapi kesulitan lain dalam beberapa hari dan pekan mendatang, jika tak ada tempat berteduh, pakaian tebal dan makanan yang sampai kepada kami," kata Abdul.
Wais Barmak telah meyakinkan anggota parlemen bahwa pemerintah "takkan menyia-nyiakan waktu" dalam menyediakan buat korban bantuan makanan dan pembangunan kembali rumah mereka.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015