New York (ANTARA News) - Perhimpunan Bangsa-bangsa (PBB) meminta dunia internasional segera mengambil langkah-langkah darurat untuk menyelamatkan orangutan yang terancam keberadaannya di hutan-hutan Indonesia akibat tingkat pembalakan liar yang tinggi. "Tanpa adanya campur tangan langsung di lapangan, orangutan dan margasatwa lainnya di hutan akan semakin langka hingga akhirnya dalam jangka panjang sudah tidak dapat ditemui lagi," demikian laporan Tanggapan Cepat yang dikeluarkan oleh Program Lingkungan Hidup PBB, UNEP, di New York, Selasa. Penelitian tentang kelangkaan orangutan, menurut UNEP, menunjukkan bahwa hutan-hutan tropis di Sumatera dan Kalimantan telah dibabat dengan cepat sehingga pada tahun 2022, 98 prosen luas hutan tersebut akan habis jika tidak ada tindakan segera. Untuk membantu populasi orangutan terus bertahan, PBB meminta dunia internasional antara lain dengan mengekang permintaan mereka terhadap pasokan kayu dari hutan-hutan tropis. Di tengah permintaan yang meningkat, sektor industri dan pasar internasional mengalami kekurangan pasokan kayu ilegal murah dan akibatnya saat ini taman-taman nasional yang menjadi tempat tinggal orangutan sudah mulai dirambah, kata UNEP. Menurut penelitian tersebut, jika melihat tingkat perambahan saat ini, kemungkinan beberapa taman nasional Indonesia akan mengalami kerusakan pada tahun 2012. Secara keseluruhan, kemusnahan habitat orangutan saat ini mencapai 30 prosen lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Laporan UNEP itu mencatat bahwa Indonesia memang sedang aktif memerangi pembalakan liar dan terus bekerja sama dengan berbagai program internasional dalam hal mengurangi praktek ilegal tersebut. Namun kebanyakan prakarsa jangka panjang, seperti mengurangi korupsi dan sertifikasi perdagangan kayu, memerlukan dukungan yang besar dari masyarakat internasionakl, kata UNEP. UNEP juga meminta Indonesia untuk memperkuat upaya mengerahkan unit-unit pengintai di hutan, memusnahkan perkebunan ilegal, melakukan pembangunan pertanian di wilayah taman-taman nasional serta menegakkan hukum internasional melawan pembalakan liar. Direktur Eksekutif UNEP, Achim Steiner, mengatakan bahwa pembalakan bukan dilakukan oleh "orang-orang miskin secara individual melainkan oleh jaringan komersil terorganisir yang sulit ditangkap". Ia meminta masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kepada pihak berwenang Indonesia dalam hal peralatan, pelatihan serta pendanaan untuk mengawasi taman-taman nasional dari praktek pembalakan liar. Orangutan di Kalimantan dan Sumatera saat ini dikategorikan Terancam dan Sangat Terancam. Menurut perkiraan baru-baru ini, 45.000 hingga 69.000 orangutam hidup di hutan-hutan Kalimantan dan tidak lebih dari 7.300 lainnya hidup di hutan Sumatera. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007