Banyuwangi (ANTARA News) - Warga di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, menggelar ritual "Gerebeg Tumpeng Agung" yang selalu dilaksanakan setiap tiga tahun sekali di bulan Suro atau Muharram.
"Gerebeg Tumpeng Agung itu digelar setiap tanggal 20 Suro dan tumpeng itu diarak oleh Paguyuban Sastro Jendro Hayuningrat Pangruate Jagad," kata seorang panitia, Suwoko Hadiyono.
Tumpeng agung yang dibawa tersebut dibuat ada lima jenis, yakni dua tumpeng nasi gunungan yang terdiri dari nasi kuning dan nasi putih, satu tumpeng berisi palawija, satu tumpeng berisi jajan pasar, dan tumpeng berisi buah-buahan.
"Dalam adat Jawa, kelima tumpeng itu mempunyai makna atau pesan tersirat yang intinya tumpeng adalah simbol limpahan hasil bumi masyarakat yang disedekahkan kepada seluruh warga," tuturnya.
Tumpeng yang dibuat murni dari swadaya terutama dari Paguyuban Sastro Jendro Hayuningrat Pangruate Jagad tersebut ingin terus melestarikan warisan budaya bangsa.
"Usai dikirab keliling kampung, lima tumpeng agung tersebut diletakkan di halaman dan kemudian menggelar doa bersama untuk kesejahteraan serta keselamatan warga," katanya.
Setelah dipotong secara simbolis, tumpeng raksasa itu diperebutkan ratusan warga yang hadir dalam acara tersebut, bahkan ratusan anak-anak berebut dengan naik pinggang orang dewasa hanya untuk mendapatkan tumpeng yang diinginkan.
Kegiatan Gerebeg Tumpeng Agung tersebut tidak hanya dihadiri warga dari sekitar Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, namun banyak warga dari luar Kabupaten Banyuwangi yang menyaksikan ritual tersebut.
Seorang warga Jember, Hanifah, mengaku tertarik melihat ritual Gerebek Tumpang Agung di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi tersebut.
"Kebetulan saya berlibur di rumah teman di Muncar dan kegiatan ritual Gerebek Tumpang Agung merupakan tradisi yang masih dipertahankan di sana, sehingga sayang kalau saya melewatkan tradisi itu," katanya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015