Menristekdikti Nasir dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan masyarakat, khususnya Ngawi, harus dapat menerima teknologi dan inovasi terbaru itu karena pada akhirnya membantu memajukan dan menyejahterakan masyarakat.
Dengan varietas itu, Nasir berharap dapat membantu perekonomian para petani karena harganya di pasaran dapat melebihi varietas padi lainnya.
Hasil dari panen tersebut akan disebarluaskan untuk daerah yang mungkin kekurangan beras dengan bantuan TNI.
Sidenuk adalah hasil inovasi Batan dengan cara meradiasi benih padi hingga menghasilkan varietas padi lebih baik dan hasilnya lebih banyak.
Sebelumnya, katanya, panen pernah dilakukan di daerah Jawa Barat dan sekarang hampir 40 persen warga Jawa Barat menyukai varietas padi itu.
Ke depannya, katanya, untuk daerah kering sedang dikembangkan varietas padi yang bisa menghasilkan lebih banyak sehingga swasembada pangan akan terwujud.
Pada kesempatan yang sama, Nasir juga melakukan "sexing inseminasi" ke beberapa sapi di daerah tersebut. Inseminasi buatan tersebut mempunyai fungsi, di mana nantinya para peternak dapat memilih apakah sapi yang menghasilkan jantan atau betina.
Selain itu, ia mengatakan keturunan sapipun dilihat dari bobotnya akan bertambah.
Bibit sapi tersebut diambil dari jenis sapi Sumba Ongol dan Limosin.
"Rencananya dan sudah dilakukan, kami melakukan inseminasi buatan tersebut per bulan terhadap 100 ekor sapi," ujar dia.
Penjabat Bupati Ngawi Sudjono menyambut baik hal tersebut dengan mendukung penuh panen padi Sidenuk.
Meskipun Ngawi dirasa sudah cukup dalam menghasilkan produksi beras, katanya, dengan adanya panen itu daerah setempat juga berupaya membantu daerah lain yang mungkin masih kekurangan dalam produksi beras.
Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015