Bogor (ANTARA News) - Kementerian Pertanian akan mengembangkan produksi gandum dengan melakukan penanaman di lahan seluas 1.000 hektar di Provinsi Sumatera Barat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Kita dapat kabar dari Universitas Andalas yang memiliki varietas gandum, akan kita tindaklanjuti bersama DPD RI dan akan kita kembangkan 1.000 hektar di Sumatera Barat," kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, usai menghadiri Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian di Balitbang Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Menteri mengatakan, gandum yang dikembangkan oleh Universitas Andalas produksinya bisa mencapai empat ton, jumlah tersebut sama dengan produksi di Eropa. Dengan peluang tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor gandum dalam negeri.
"Selama ini impor gandung kita tinggi setiap tahunnya. Dengan adanya upaya pengembangan gandum ini kita libatkan petani, semua bergerak, peneliti, hasil penelitian dan teknologi harus turun bersama-sama," kata Mentan.
Terkait anggaran yang akan dialokasikan untuk mengembangkan produksi gandum tersebut, Amran mengatakan saat ini Kementerian Pertanian memiliki anggaran Rp30 triliun, dan dana untuk itu bisa dimasukkan di dalamnya.
"Anggaran khusus gadum ini pernah diajukan Rp10 sampai Rp20 miliar, dan ini sudah dalam tahap aplikasi di 1.000 hektar. Kalau ini berhasil bisa kita minta kembangkan menjadi 100 ribu ha. Sama seperti IPB 3S," kata Amran.
Amran mengatakan, pengembangan produksi gandum di Sumatera Barat akan dimulai tahun ini juga.
"Tahun ini dimulai, jangan ditunda untuk kebaikan," katanya.
Dalam rapat kerja Balitbang Pertanian, Amran juga menyampaikan keberhasilan pertanian dalam setahun ini yang sudah dicapai salah satunya menyelesaikan berbagai persoalan terkait pertanian. Diantaranya banyaknya regulasi yang menghambat upaya pengembangan sektor pertanian.
"Dari sisi regulasi, banyak yang kita deregulasi ulang. Salah satunya tender, kalau anggaran sudah cair Januari, untuk pengadaan alat, benih dan pupuk perlu tender ini baru akan selesai pertengahan tahun. Sementara, hama, tikus, penyakit tidak mau menunggu untuk menyerang. Petani yang akan menangis," kata Amran.
Tidak hanya itu, lanjut Amran, dari sisi penggunaan alat mesin pertanian juga sudah ditingkatkan dengan menyebar Alsinta ke sejumlah petani di seluruh Indonesia. Termasuk memperbaiki subsidi benih dan pupuk. Penangkapan para pelaku pengoplos pupuk juga menjadi upaya untuk memastikan ketersediaan pupuk di petani aman.
"Yang paling parah adalah tata niaga pertanian, ini harus kita benahi bersama-sama. Agar petani tidak dirugikan," katanya.
Amran menegaskan, selama setahun pertanian ini tidak ada impor beras dilakukan. Malah Indonesia terus meningkatkan nilai ekspor produk pertanian ke sejumlah negara. Seperti, beras ketan dari Tasikmalaya sebesar 134 ton, kacang ijo 60 ribu ton, cabai 5.000 ton dan ekspor ayam ke Myanmar, jagung dan Bawang Merah.
Padahal lanjut dia, situas saat ini Indonesia sedang menghadapi El Nino dengan tingkat yang cukup tinggi dibanding 1998. Tetapi pada tahun 1998 dengan jumlah penduduk 1,98 juta negara mengimpor 7 juta ton.
"Tahun 2015 ini kita menghadapi El Nino terparah sepanjang sejarah, dengan total penduduk 250 juta, tahun ini kita belum ada impor," katanya.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015