Jakarta (ANTARA News) - Industri manufaktur di dalam negeri membutuhkan investasi sekitar Rp8,6 triliun pada 2007 untuk bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang. "Kalau memakai rumusan BPS diperkirakan kebutuhan modal (industri) tiga tahun ke depan yaitu Rp8,6 triliun pada 2007, Rp10,4 triliun pada 2008, dan Rp11,8 triliun pada 2009," kata Menperin Fahmi Idris di Jakarta, Selasa. Hal itu dikemukakan Menperin pada rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR-RI yang dipimpin wakil ketuanya Dodi Murod di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta. Fahmi mengatakan dengan nilai investasi sebesar itu, maka sektor industri manufaktur mampu menyerap sekitar 300 ribu tenaga kerja baru. "Tapi dengan kombinasi yang dilakukan melalui sektor industri non-fasilitas dan IKM (industri kecil dan menengah), maka daya serap industri lebih besar lagi, bisa mencapai lebih dari 500 ribu orang per tahun yang mendapat kesempatan kerja," ujarnya. Berdasarkan data BKPM, pada 2006 penyerapan tenaga kerja di sektor industri yang mendapat fasilitas PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) mencapai 264 ribu orang. Sedangkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri non fasilitas dan IKM diperkirakan lebih dari 300 ribu orang. Berdasarkan data BPS yang diolah Deperin, kebutuhan modal atau investasi terbesar pada 2007 adalah kelompok industri alat angkut, mesin, dan peralatan sekitar Rp4,3 triliun. Setelah itu urutan kebutuhan investasi yang besar lainnya adalah kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau sekitar Rp1,7 triliun, serta industri pupuk, kimia dan barang dari karet sekitar Rp1,2 triliun. "Apabila kebutuhan investasi sektor industri tersebut dapat dicapai, diperkirakan sektor industri dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam mengatasi lonjakan pengangguran," ujar Fahmi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 menargetkan sektor industri diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 400 ribu sampai 500 ribu orang per tahun dengan laju pertumbuhan industri rata-rata sebesar 8,6 persen per tahun. Namun, Menperin mengakui dalam dua tahun terakhir 2005-2006 pertumbuhan industri nasional hanya mencapai sekitar lima persen saja akibat banyak masalah di tingkat nasional maupun makro ekonomi, seperti kenaikan harga BBM pada Oktober 2005, suku bunga kredit yang tinggi, dan maraknya penyelundupan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007