"Kita tadi melihat sekolah aman asap. Kelas yang menggunakan membran untuk menyaring udara sehingga udara di dalam kelas tetap bersih, kelas bisa digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar. Kita akan menggunakan ini di semua sekolah di 9 provinsi, ada 170.000 ruang kelas yang akan dipasang," katanya.
Anies mengatakan sistem itu memerlukan biaya hanya sekitar Rp200.000-Rp300.000 ditambah kipas angin, akuarium, dan tanaman pengurang polutan (alga).
Sistem tersebut dikembangkan pegiat minyak laut dari Mikroalga, Biokimia ITB, Zeily Nurachman, yang telah diujicobakan di Sumatera Barat.
"Saat ini udara di sini bersih, tapi di sana waktu itu udara di luar ISPU 280. Dengan menggunakan membran ini di dalam kelas bisa 70-an," kata Anies.
Zeily sendiri mengatakan sistem penyaring udara dengan menggunakan kain atau bahan dakron sangat efektif mengurangi pengaruh asap dengan sistem kerja sederhana seperti alat penyaring udara.
"Asap ditahan oleh dakron dan dalam keadaan itu harus selalu basah. Lalu akuarium dan filter itu untuk menyerap partikel yang tidak tersaring dakron," kata Zeily.
Instalasi yang mudah dan murah menjadi salah satu kelebihan teknologi yang dikembangkannya itu, bahkan jika pun tidak tersedia dakron, bisa diganti dengan kain katun, sedangkan akuarium bisa diganti dengan ember/galon, tetapi kipas angin harus tetap ada.
"Alga bisa diambil dari kolam yang berwarna hijau sebagai bibit. Ini bisa diterapkan secara masif," kata Zeily.
Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015