"Bapak Wapres Jusuf Kalla mengarahkan apabila cuaca ini sudah mulai banyak awan, maka kami diminta berkoordinasi dengan BMKG untuk segera melakukan hujan buatan," kata Agus Supriatna di di Kantor Wapres Jakarta.
Dia mengatakan hujan buatan dilakukan dengan menggunakan tiga armada pesawat Beriev BE-200 yang disewa dari Rusia.
"Pesawat itu selalu kami siagakan, stand by, itu ada tiga pesawat untuk hujan buatan. Sedangkan untuk evakuasi akan ada lima pesawat Hercules dan lima CN295. Jadi, begitu ada perintah evakuasi, maka kita akan segera laksanakan," kata Agus.
Pelaksanaan hujan buatan tidak dilakukan secara bersamaan di seluruh wilayah yang terkena asap dampak kebakaran lahan.
Wilayah dengan potensi awan dan tentuan arah angin menjadi prioritas untuk dilakukan hujan buatan.
"Titik yang akan dilakukan hujan buatan itu tergantung potensi awan dan juga arah angin. Kalau tidak ada awan ya tidak bisa jalan, lalu juga kalau kita sudah tentukan daerah dengan potensi awan itu tetapi anginnya tidak sesuai ke daerah itu kan sayang juga," jelasnya.
Sejumlah daerah yang memungkinkan untuk dilakukan hujan buatan antara lain Sumatera bagian utara yang sudah turun hujan.
Penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan dilakukan hingga November.
Kepala UPT Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru F Widodo mengatakan potensi awan hujan sudah terlihat di beberapa wilayah sehingga kegiatan penyemaian garam dapat dilakukan.
Untuk wilayah Kalimantan, penyemaian awan berpotensi hujan dengan garam dilakukan di Kalimantan Barat, perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
"Dari tanggal 15 Oktober lalu kami sudah semai 24,2 ton garam," ujar dia.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015