Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Jumat pagi turun 36 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp13.651 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah bergerak dengan volatilitas yang tinggi, cenderung melemah di tengah banyaknya spekulasi dari akan dinaikkannya suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed fund rate) hingga pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate)," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong.
Ia mengatakan Federal Reserve memberi sinyal akan menaikkan suku bunga bulan Desember 2015 dan itu membuat pelaku pasar uang berhati-hati masuk ke aset mata uang berisiko, salah satunya rupiah.
Sementara spekulasi penurunan BI rate menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar untuk menyeimbangkan kembali asetnya.
"Di tengah kondisi itu, pelaku pasar cenderung mengurangi aset yang memiliki risiko tinggi, sehingga rupiah mengalami tekanan," katanya.
Ia berharap kebijakan pemerintah untuk mendorong perekonomian domestik dapat menjaga nilai tukar rupiah stabil ke depannya.
"Pemerintah yang gencar meluncurkan kebijakan ekonomi untuk menopang perekonomian diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pasar sehingga potensi rupiah kembali terapresiasi cukup terbuka," ujarnya.
Ia juga mengharapkan data ekonomi domestik kuartal ketiga yang akan diumumkan awal November positif sehingga membuka peluang bagi rupiah untuk menguat.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan belum adanya kepastian kenaikan suku bunga the Federal Reserve menjadi salah satu faktor yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan.
"Saat ini situasinya masih belum pasti, sinyal kenaikan suku bunga AS pada Desember mendatang bisa saja meleset dari proyeksi," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015