New Delhi (ANTARA News) - Perdana Menteri India Narendra Modi, Kamis (29/10), menyerukan agar kesepakatan yang komprehensif dan konkret tentang perubahan iklim bisa dicapai pada konferensi internasional Desember mendatang.
Modi, yang berbicara kepada para pemimpin Afrika dalam sebuah pertemuan di Delhi, menyatakan tidak ada negara yang mengurangi kontribusinya terhadap pemanasan global sebaik India dan Afrika, dan memperingatkan bahwa kenaikan suhu bumi sedikit saja bisa menjadi beban bagi banyak pihak, lapor AFP.
Pernyataannya berkaitan dengan persiapan para pemimpin dunia untuk bertemu di Paris, pada Desember, untuk mencapai kesepakatan dalam menangani perubahan iklim dengan tujuan mengunci pemanasan di angka 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-Revolusi Industri.
"Kami masing-masing berupaya kuat dengan sumber daya sederhana yang kami punya untuk melawan perubahan iklim. Jadi, ketika seluruh pemimpin dunia bertemu di Paris, Desember mendatang, kami mengharapkan hasil yang komprehensif dan konkret yang didasarkan pada prinsip-prinsip dalam Konvensi Perubahan Iklim PBB," ujar Modi dalam pidato yang disampaikannya di hadapan perwakilan 54 negara Uni Afrika di New Delhi.
Negara-negara berkembang mendesak negara-negara kaya untuk memimpin upaya pengurangan emisi gas rumah kaca karena menganggap mereka lah yang lebih dulu memulai polusi sehingga harus menanggung beban lebih berat untuk menyelesaikan masalah lingkungan tersebut.
Namun, negara-negara industri menolak keras ketika dibebani tanggung jawab lebih besar.
India berjanji menambah 40 persen kelistrikannya dari energi terbarukan selama 15 tahun ke depan dengan rencana aksi yang sudah disampaikan ke PBB.
Modi sendiri mengajak negara-negara Afrika untuk bersekutu dengan negara-negara yang kaya tenaga surya. Persekutuan itu ia rencanakan diluncurkan pada awal pertemuan di Paris pada 30 November 2015.
Namun, New Delhi menolak seruan untuk membatasi penggunaan batu bara yang sangat berpolusi dengan mengatakan bahwa negara-negara berkembang lah yang selalu disalahkan atas perubahan iklim.
Secercah Harapan
Pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 1.000 delegasi tersebut menunjukkan jumlah terbanyak pejabat tinggi asing yang mengunjungi India sejak 1983 dan ditujukan untuk meningkatkan hubungan ekonomi India-Afrika.
New Delhi telah bekerja keras menunjukkan komitmennya terhadap peningkatan ekonomi Afrika dengan bersaing memperoleh lebih banyak jatah sumber daya alam yang dihasilkan oleh benua tersebut.
Namun, kehadiran ekonomi India di Afrika dikerdilkan oleh Tiongkok, yang nilai perdagangannya dengan benua tersebut mencapai 200 miliar dolar AS tahun lalu, lebih dari penjumlahan produk domestik bruto 30 ekonomi terkecil di Afrika.
Meskipun telah meningkat dua kali lipat sejak 2007 hingga menyentuh 72 miliar dolar AS pada tahun fiskal 2014-2015, perdagangan bilateral India-Afrika relatif kecil.
Kini, terdapat kemajuan hubungan ekonomi India-Afrika yang didominasi sektor energi dan dipimpin pengusaha-pengusaha swasta.
Sementara itu, Tiongkok dikritik karena menggunakan pekerja asing untuk membangun infrastruktur dan memeras sumber daya alam Afrika.
Meskipun tidak secara langsung menyebut Tiongkok, Modi menuturkan India ingin membantu negara-negara Afrika berkembang dengan menjanjikan 10 miliar dolar AS berupa kredit lunak selama lima tahun ke depan.
"Afrika dan India merupakan dua titik terang harapan dan peluang dalam ekonomi global," ia menambahkan.
Pada Rabu (28/10), Modi mengadakan pertemuan dengan para, pemimpin termasuk Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dan Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, para pemimpin dua negara kaya minyak yang menjadi kunci tertariknya India ke benua tersebut.
Pada Kamis (29/10), ia dijadwalkan bertemu pemimpin Afrika lain, termasuk Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Lewat pidatonya, Modi mendesak negara-negara Afrika untuk mendukung reformasi PBB dengan menyatakan bahwa PBB dan institusi global lainnya berisiko menjadi tidak relevan jika tidak beradaptasi dengan perubahan politik dan landasan ekonomi.
India dan Afrika merupakan tempat tinggal bagi populasi terbesar ketiga dunia, namun tidak satu pun di antara India atau negara-negara Afrika memiliki kursi tetap di Dewan Keamanan PBB.
"Institusi global kita mencerminkan keadaan abad ini bahwa kita ditinggalkan, tidak ada satu pun dari kita yang duduk di institusi tersebut. Jika mereka tidak menyesuaikan dengan perubahan dunia, mereka berisiko menjadi tidak relevan," ujar Modi.
(Uu.Y013/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015