"Kursi roda elektrik membantu penyandang disabilitas yang tak bisa menggerakkan anggota badan dan pengguna bisa menggerakkan serta mengendalikan kursi roda hanya dengan memikirkan perintah," kata Kepala UPT Balai Pengembangan Instrumentasi Demi Soetraprawata pada acara Internasional Conference on Automation, Cognitive Science, Optics, Micro Electro, Mechanical System and Information Technology (ICACOMIT) di Bandung, Kamis.
Teknologi itu merupakan penyempurnaan pengembangan alat yang membuat otak mampu mengendalikan gerakan kursi roda elektrik lewat penerjemahan sinyal-sinyal listrik dari otak.
Peneliti LIPI Arjon Turnip menyebutkan kursi roda elektrik sangat penting mengingat kebutuhan teknologi terutama pengembangan riset instrumentasi, bidang kesehatan di Indonesia sangat tinggi.
"Pengembangan instrumentasi yang paling urgent di Indonesia itu bidang kesehatan. Saya mendapat banyak keluhan dari para dokter, karena alat kesehatan itu (termasuk kursi roda) masih memakai produk dari luar dan jika ada kerusakan harus menunggu lama," kata Arjon.
Hal serupa diungkapkan Wakil Kepala LIPI Akmadi Abbas terdapat beberapa penelitian instrumentasi strategis yang sangat penting untuk dikembangkan, salah satunya adalah pengembangan alat medis.
Menurutnya produk-produk luar negeri masih mendominasi kebutuhan alat-alat di Indonesia sehingga menyebabkan ketergantungan.
"Selama ini, kita masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap produk-produk luar negeri. Padahal biaya produksinya sangat tinggi, proses pengadaannya sulit, dan pemahaman sumber daya manusia lokal terhadap produk luar juga rendah," kata Akmadi.
Meski begitu, alat itu belum bisa digunakan langsung untuk umumr, namun telah dipresentasikan ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran yang juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk pengembangannya.
"Kursi roda ini masih belum bisa bila digunakan langsung oleh masyarakat, masih dalam tahap pengujian, belum tahu bila digunakan oleh difabel yang sebenarnya. Makanya kita bekerja sama dengan dokter untuk mengetahui seperti apa yang dibutuhkan oleh pasien seperti itu," kata Arjon.
Selain itu LIPI juga bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi serta swasta untuk dapat mempercepat dan peningkatan pembangunan penelitian.
"Saat ini LIPI sedang mempersiapkan kerjasama dengan Universitas Nasional Pusan, Korea Selatan. Selain itu LIPI akan melakukan kerjasama pengembangan SDM bersama ahli-ahli dari ITB, UGM, Unpad dan UI," katanya.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015