Jakarta (ANTARA News) - Tiga produsen baja India, yaitu Tata Steel, Ispat, dan Essar, mengajukan proposal penawaran investasi baja di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan (Kalsel). "Tiga perusahaan besar ini akan didorong melakukan investasi baja di Kalsel," ujar Menperin Fahmi Idris di Jakarta, Senin, mengenai hasil kunjungannya ke India bersama Wapres Jusuf Kalla akhir Januari 2007 lalu. Bahkan, lanjut dia, tim dari Tata akan datang pertengahan Februari ini untuk mengetahui lebih detail kondisi di Indonesia. "Mereka ingin mengetahui potensi deposit bijih besi dan hal lainnya seperti lokasi, pelabuhan, dan infrastruktur," ujar Fahmi. Ia mengatakan pemerintah akan mendorong ketiga produsen baja India membangun pabrik baja yang terintegrasi dari hulu ke hilir di Kalsel. "Mereka bisa berdiri masing-masing atau bersama-sama. Mereka juga ada yang berencana membangun pabrik bahan baku baja untuk diekspor ke industrinya di negara lain dan ada pula yang ingin memasoknya ke dalam negeri (Indonesia)," kata Fahmi. Namun, ia mengakui belum mengetahui persis berapa besar investasi yang direncanakan ketiga pabrik baja India itu, karena proposal yang ada masih bersifat indikasi. "Kita menunggu tawaran final mereka," katanya. Pemerintah, kata Fahmi, berharap dengan masuknya industri baja India ke Kalsel akan mendorong pertumbuhan produksi baja di dalam negeri yang selama ini masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan baja nasional. Apalagi, Fahmi yakin dengan membangun pabrik baja di Kalsel, produk baja akan lebih bersaing di pasar domestik maupun internasional, karena Kalsel memiliki deposit biji besi untuk bahan baku baja dan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik. Ia menilai selama ini industri baja nasional sulit bersaing karena bahan bakunya masih mengandalkan impor antara lain bijih besi dari Venezuela maupun Brasil, serta menggunakan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik. "Selama kita menggunakan bahan baku impor, selama menggunakan pembangkit dari gas, kita tidak bisa bersaing dengan siapa pun juga," kata Fahmi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing industri baja nasional, terutama PT Krakatau Steel (KS) yang merupakan produsen baja terbesar di Indonesia, pemerintah mendorong BUMN baja itu mengembangkan industri baja terintegrasi di Kalsel yang dekat bahan baku dan bahan bakar batu bara. "Saat ini Kalsel sudah terpilih tiga tempat, di Kota Baru, Tanah Laut, dan Batu Licin. Pertama, mereka akan buat `pellet` dengan kapasitas 300 ribu ton untuk bahan baku bajanya yang di Cilegon, setelah itu buat (pabrik baja) yang terintegrasi sebesar dua juta ton," kata Fahmi. (*)
Copyright © ANTARA 2007