London (ANTARA News) - Satu tentara Inggris hari Senin tewas oleh bom jalanan di Irak selatan, korban ke-100 dalam gerakan tentara di negara terkoyak kekerasan itu, kata Kementerian Pertahanan. Bom itu meledak di dekat konsulat Amerika Serikat di Basra, kota utama di Irak selatan. "Sayangnya, kami kehilangan satu tentara pagi ini. Itu bom jalanan," kata jurubicara, dengan menambahkan bahwa tentara itu adalah bagian dari ronda di kendaraan lapis baja Warrior di kabupaten Ashshar. Nama serdadu tersebut tidak diumumkan sebelum keluarganya dikabari. Kematiannya menjadikan 131 jumlah tentara Inggris tewas di Irak sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada Maret 2003 untuk menumbangkan Saddam Hussein, dan kematian ke-100 dalam tugas atau akibat luka akibat pertempuran, sementara 31 lagi tewas akibat kecelakaan atau sakit. Media internasional mencatat bahwa sekitar 7.100 tentara Inggris saat ini disebarkan di Irak, sebagian besar di dan sekitar Basra, walaupun London mengatakan berharap menarik "ribuan" tentara itu menjelang akhir tahun ini. Sudah ada kecaman bahwa tentara Inggris baik di Irak maupun Afganistan tidak cukup dilindungi oleh kendaraan lapis baja mereka. Inggris adalah sekutu utama Amerika Serikat dalam serbuan bermasalah atas Irak itu dan pendukung utamanya dalam gabungan antarbangsa, yang disebarkan sejak itu di negara terkoyak perang tersebut. Inggris hari Minggu mengaku mengirim limabelas tentara berusia di bawah 18 tahun untuk berperang di Irak sejak 2003, meskipun negara itu telah mensahkan protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menentang tentara anak-anak. Inggris telah menandatangani protokol fakultatip badan dunia itu pada Konvensi Jenewa mengenai Hak Anak-anak tentang keterlibatan anak-anak dalam sengketa bersenjata 2003. Protokol itu menyatakan bahwa penandatangannya akan mengambil semua tindakan yang mungkin untuk menjamin bahwa anggota pasukan bersenjata mereka, yang belum mencapai usia 18 tahun, tidak akan mengambil bagian langsung dalam peperangan. Namun, Menteri Pertahanan Adam Ingram mengungkapkan bahwa 15 anak muda berusia 17 tahun telah dikirim ke Irak, empat dari mereka perempuan. "Tak ada satu pun dikerahkan sejak Juli 2005," katanya. "Sebagian besar dari yang dikerahkan berada dalam sepekan dari hari ulang tahun ke-18 mereka atau digeser dari medan perang dalam sepekan dari kedatangan mereka," katanya. "Kurang dari lima anak berusia 17 tahun dikerahkan selama masa lebih dari tiga pekan," katanya. Pengungkapan itu tiba di tengah tuduhan atas rentang luas dalam pasukan bersenjata Inggris dari organisasi, termasuk oposisi, penting partai Konservatif dan komisi pilihan pertahanan parlemen. Inggris memiliki kesatuan pasukan asing terbesar kedua setelah Amerika Serikat di Irak.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007