Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 49 ribu warga Jakarta Timur (Jaktim) hingga Senin malam (5/2) masih bertahan di lokasi pengungsian akibat kondisi rumah mereka yang masih terendam banjir. "Para pengungsi di wilayah Jaktim tersebar di 196 tempat pengungsian, mereka memanfaatkan ruang-ruang kelas di sekolah, rumah sakit, masjid, kantor-kantor kecamatan dan kelurahan setempat," kata Walikota Jakarta Timur, Koesnan Abdul Halim, di Jakarta, Senin. Para pengungsi itu diantaranya berada di sekolah kompleks Santa Maria sebanyak 5.053 orang, Rumah Sakit Hermina 492 orang, Masjid Attahirin 176, Masjid Itihad 137, dan SDN 01 Kampung Pulo 905 orang. "Jumlah pengungsi yang masih cukup banyak diantaranya di Kampung Melayu, Bidara Cina, Cawang, dan Pulogadung," katanya. Koesnan mengungkapkan jumlah pengungsi pada Senin sore mulai menunjukkan penurunan. Data Senin pagi menunjukkan jumlah pengungsi sebanyak 52 ribu sedangkan jumlah sore hari menurun menjadi 149 ribu orang. Penurunan ini menurutnya karena sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur dan sampah yang masuk ke dalam rumah. Sementara itu terkait keluhan warga tentang minimnya air bersih di lokasi pengungsian, Koesnan mengakui upaya distribusi air bersih yang dilakukan pemkot Jakarta Timur masih kurang memadai. "PAM Jaya sudah mendistribusikan air bersih ke sejumlah titik, namun sampai saat ini masih menemui kendala terutama arus lalu lintas yang macet menuju lokasi pengungsian, sehingga suplai air tersendat," lanjutnya. Seperti diberitakan sebelumnya para pengungsi di Kelurahan Cipinang Melayu mengeluhkan minimnya air bersih di lokasi pengungsian. Salah seorang warga RT I RW IV yang mengungsi, Sunardi (37), mengatakan minimnya air bersih membuat para pengungsi tidak bisa mandi dan membasuh kaki yang terendam banjir. Pompa air listrik di masjid tempat ia dan banyak warga lain mengungsi pun tak bisa digunakan karena PT PLN memadamkan aliran listrik padam sejak banjir menerjang wilayah Jakarta Timur. Koesnan mengungkapkan aliran listrik masih akan dipadamkan hingga tiga hari kedepan, meski dengan resiko warga masih akan kesulitan air bersih. Hingga Senin (5/2) sedikitnya 13 orang di wilayah Jakarta Timur tewas dalam banjir yang terjadi sejak Jumat (2/2). "Jumlah itu adalah akumulasi warga yang meninggal sejak banjir Jumat lalu. Mudah-mudahan tidak bertambah lagi," kata Kabag Humas dan Protokol Kotamadya Jakarta Timur John Jefferson. Sebagian diantara mereka tewas karena tersengat aliran listrik saat banjir menerjang, sementara sebagsiannya lagi meninggal karena sakit, dan terhanyut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007