Ibu pertiwi engkau sedang sakit dan menangis, menangisi nasibnya di karnakan manusia yang mengisinya sedang lupa diri dan di kuasai keangkaramurkaan. Wahai ibu pertiwi, Aku dilahirkan di atasmu, Aku di besarkan di atasmu. Aku berkarya di atasmu, Aku mencari nafkah di atasmu, Aku berbuat kebaikan dan dosa di atasmu Aku berkeluh kesah di atasmu, Aku mencapai kesempurnaan di atasmu , Aku mengalami penyiksaan di atasmu, Aku berketurunan di atasmu, Aku beriman di atasmu, Aku mati di makamkan di atasmu, Wahai ibu pertiwi engkau sangat mulya, engkau menyiapkan segala kebutuhan hidupku, segala sesuatunya kau peruntukan untuk kami sebagai manusia yang mengisinya. Engkau tidak pandang bulu siapa pun yang berada di atasnya engkau berikan sarananya dengan adil, apakah dia baik maupun buruk, perempuan laki-laki, tua maupun muda semua terbagi dengan adil. Tetapi aku sebagai manusia tidak menyadarinya kebaikan dan kemulyaannya, malahan aku tidak tahu diri, malahan merusak keberadaan dan keharmonisanmu dengan aku sebagai manusia, yang akhirnya hubunganku denganmu terputus menjadikan keberadaan ini menjadi kacau. Maka kehidupanku dan engkau menjadi bencana, dengan semena-mena aku sebagai manusia menghancurkan, merusak tatanan ini. Akhirnya bencana kemanusiaan, keimanan, dan alam menjadi bagian dari hidupku. Engkau ibu pertiwi menangis melihat ulah manusia, maka dengan tega engkau murka kepada manusia-manusia yang tidak tahu diri, engkau mengeluarkan kemurkaannya dengan menimbulkan bencana dimana-mana, manusia-manusia menjerit minta ampun dan meminta tolong kepada Tuhannya tetapi sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur yang ada adalah penyesalan. Semua ini terjadi krena ulah manusia itu sendiri, karena hasil tanamannya sendiri, bencana adalah hasil tanamannya. Engkau lumatkan segala keangkuhan manusia, engkau hancurkan segala ego manusia, engkau lululantahkan segala kemunafikan manusia, siapa saja yang mengatakan beriman kepada Tuhan saatnyalah engkau menguji dengan musibah seberat-beratnya dan sesadis-sadisnya, biarkan mereka yang suka mengumbar dalil dan kesombongannya menjadi tahu diri agar yang lain tidak mengikutinya. Semoga ibu pertiwi dalam pemberian hukuman ini kepada kami manusia yang tidak tahu diri ini menjadi kenyataan.*)Penulis adalah pencetus Gerakan Revolusi Hati Nurani, sekaligus pendiri Yayasan Sirnagalih yang aktif membina peningkatan kualitas diri manusia